Tak Ada yang Lebih Hebat dari Ramadhan

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko

Jumat 09 Jun 2017 22:05 WIB

Alwi Shahab Foto: Republika/ Yogi Ardhi Alwi Shahab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Mengenang Ramadhan memang menyenangkan. Banyak kegiatan dan tradisi unik yang bisa menjadi hikmah bagi orang saat ini. Mereka berlomba-lomba menggelar buka puasa demi memburu keberkahan. Sejarawan Alwi Shahab menjelaskan, Masjid Kwitang merupakan tempat perayaan buka puasa yang paling fenomenal. "Yang datang bukan hanya dari Jakarta, tetapi dari berbagai tempat di Indonesia," kata dia saat berbincang dengan wartawan Republika Rahmat Fajar. Berikut kutipan wawancaranya. 

Aktivitas masyarakat  tempo dulu saat Ramadhan?

Ramadhan sesuatu yang sangat sakral bagi masyarakat. Jadi, masyarakat tempo dulu menganggap Ramadhan harus dimuliakan oleh mereka. Mereka membikin acara-acara luar biasa dan sampai sekarang itu mereka mengundang tokoh-tokoh berceramah dan lainnya. Jadi, tidak ada hal-hal yang lebih hebat daripada Ramadhan. 

Ramadhan sesuatu momen sangat dinantikan. Mereka rela untuk berpuasa selama sebulan meskipun waktu itu masih penjajahan Belanda. Orang Jakarta menganggap merayakan Ramadhan sakral sesuatu yang bukan main. Mereka datang ke kampung-kampung dan dirayakannya tidak di satu tempat, tapi di berbagai tempat. Itulah kehebatan orang-orang tempo dulu, kehebatan bagaimana orang itu merayakan Ramadhan sesuatu yang sangat sakral.

Kegiatannya seperti apa biasanya yang dilakukan?

Mereka bikin shalat Tarawih, shalat Subuh berjamaah, dan kegiatan lainnya termasuk buka puasa bersama. Yang paling menarik adalah buka puasa bersama. Orang rela mengeluarkan uang yang banyak untuk perayaan. Banyak contoh tempat sampai sekarang masih ada sisa-sisanya, termasuk di Masjid Kwitang. Itu perayaan buka puasa paling banyak pengunjungnya. Yang datang tidak hanya dari Jakarta, tetapi dari berbagai tempat Indonesia. Mereka rela untuk pergi dari daerah Bogor, waktu itu kendaraan masih sulit rela berjubel-jubel demi mendapatkan puasa bersama.

Apa bedanya dengan sekarang?

Dengan sekarang sama. Tapi yang dulu, setiap perayaan buka bersama, beduk yang dinantikan. Mengambil tiga kurma, mereka yakin seperti yang diajarkan oleh Nabi, buah kurma yang ganjil. Mereka buka puasa, setelah itu mereka shalat berjamaah, itu yang hadir membeludak sekali. Selesai itu, mereka makan bersama.

Apa saja aktivitas warga jelang buka puasa waktu itu?

Di masjid-masjid, membaca shalawat banyak sekali, lalu tokoh, ulama, datang. Mereka makan kurma.

Apakah ada juga aktivitas jelang buka puasa seperti jalan-jalan yang dilakukan anak-anak muda?

Ada juga, dulu ibu-ibu bukan hanya anak muda. Ibu-ibu suka nunggu waktu buka, waktu beduk itu sangat ditunggu-tunggu. Mereka berusaha supaya bisa bersama, bisa buka bersama. Dulu meriah sekali, dan orang tidak diundang mereka tahu di masjid, tanggal segini ada buka puasa bersama. Dananya mereka keluarkan sendiri.

Jadi yang ada sekarang warisan dahulu?

Warisan dahulu (yang) berlanjut.

Aktivitas sekolah libur biasanya di bulan Ramadhan. Apa kegiatan yang dilakukan pelajar? 

Anak sekolah waktu libur. Pernah tidak kasih libur, protes. Jadi, diprotes oleh rakyat supaya pada hari Ramadhan diberi kesempatan libur. Ada yang bikin pesantren Ramadhan. Orang-orang belajar lagi agama selama Ramadhan dan itu berlangsung selama Ramadhan sampai Lebaran. Ramai sekali.

Bagaimana dengan cerita petasan waktu itu?

Petasan itu kan orang Cina datang membawa petasan untuk mengusir setan, katanya. Itu sudah mulai banyak menentang. Saya waktu itu di Masjid Kwitang banyak yang menentang. Kenapa kita ikut-ikutan merayakan pengusiran setan? Kan itu orang-orang Cina bikin perayaan membakar petasan untuk mengusir setan dalam pengertian agama mereka. Kok kita meniru? Waktu itu mulai ribut. Banyak yang menentang, tetapi tetap saja sampai sekarang. Padahal, awal datangnya sudah terjadi gesek-gesekan tidak ada yang membenarkan.

Saat apa petasan banyak dibunyikan?

Sebelum buka puasa, sebelum Ramadhan, petasan mulai berbunyi. Itu banyak yang menentang, yang berpegang teguh pada syariat Islam, bahwa itu budaya Cina yang tidak cocok sama kita. Banyak korban. Saya selalu (menemukan) selama Ramadhan banyak sekali korban-korban.

Pusat produksinya di mana kalau di Jakarta?

Banyak tempat-tempat petasan. Gang Petasan di Kota. Dulu ada namanya Gang Petasan karena di situ petasan dibikin. Banyak tempat-tempat yang dijadikan markas pembuatan petasan, terutama di Jakarta Kota tempat orang Cina. 

Terpopuler