REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jalur mudik Jawa Barat bagian selatan selepas gerbang tol Cileunyi merupakan jalur jalan biasa atau non tol. Jalan non tol memungkinkan pemudik leluasa mencari jalur alternatif atau singgah di lokasi tertentu, namun kemungkinan lalu lintas tersendat menjadi lebih sering karena persimpangan atau pasar.
Supradin, pemudik dari Jakarta ketika ditemui di SPBU Kersamanah, Kabupaten Garut, mengatakan, memilih jalur selatan Jawa Barat karena tujuan mudiknya adalah Ciamis.
"Tadi saya kena macet di (gerbang tol) Cileunyi. Karena menjelang buka puasa, saya membeli tahu Sumedang yang banyak dijual di sekitar situ arah Nagreg," kata dia.
Ia tidak memungkiri kalau jalur selatan Jawa Barat memang rawan kecelakaan.
"Kalau sekarang ini sih saya lihat sudah ada banyak pos (pengamanan). Tetapi aspalnya masih banyak tambalan, ada yang masih minim penerangan kalau malam," ucap Supradin, yang memilih mudik menggunakan kendaraan roda empat.
Selain itu, tempat wisata juga mendapatkan keuntungan dari dinamika mudik Lebaran, seperti di situs Candi Cangkuang, Garut.
Umar, salah satu warga adat Kampung Pulo yang menghuni sekitaran Candi Cangkuang, mengatakan, momen lebaran biasanya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
"Biasanya nanti setelah Shalat Idul Fitri banyak yang berwisata dan ziarah. Sampai nanti arus balik selesai di sini juga kemungkinan masih ramai," kata Umar.
Jalur non tol juga memberikan stimulus bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Seperti para penjual takjil di pinggir jalan atau pedagang makanan khas, termasuk warung-warung peuyeum di jalan raya Sindangkasih-Ciamis.
";Kan jalannya ramai terus, jadi ya tambah banyak yang beli dibanding hari biasa," kata seorang penjual peuyeum di dekat SPBU Imbanagara, Ciamis. ***1***