REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah profesi membuat orang tak bisa merayakan hari raya Lebaran bersama keluarga. Keinginan hati merayakan Lebaran bersama keluarga mesti ditunda demi pengabdian terhadap pekerjaan.
Salah satunya adalah sejumlah Linmas di Kota Tasikmalaya. Mereka setia bekerja dari sejak malam takbiran (25//6) hingga hari H Idul Fitri (26/6). Salah seorang Linmas, Annisa Fury mengatakan, sudah berjaga sejak semalam hingga tengah malam. Alhasil saat bertugas memberi pengamanan di Masjid Agung saat shalat Idul Fitri, dirinya sempat mengantuk.
Meski merasa sedih tak merayakan Idul Fitri bersama keluarga, ia tak banyak mengeluh. Ia memandang profesinya sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat. "Ya namanya juga pengabdian, kan harus ada yang jaga juga, kalau semuanya ikut shalat siapa yang bertugas mengamankan yang shalat? jadi semua punya peran masing-masing," katanya.
Linmas lainnya, Jilma Agustin. Perempuan yang telah mempunyai dua anak ini merasa lebih sulit meninggalkan keluarga ketika Lebaran. Pasalnya, kedua anaknya selalu merengek ketika ditinggal sang ibunda. "Anak saya biasanya dititipkan ke rumah nenek, walau nangis ada yang urus," ujar perempuan berusia 28 tahun itu.
Ada pula kisah Suherman sang petugas kebersihan Pemkot Tasik. Sudah sejak 2007, ia selalu bertugas ketika Lebaran. Bahkan, tak hanya saat Lebaran, ia masih harus bekerja sampai awal bulan Juli.
"Sudah dari 2007 begini enggak apa-apa sama keluarga, sudah biasa, apalagi baru dapat cuti tanggal 7 (Juli)," ujarnya.
Pria beranak empat tersebut merasa paling sulit meninggalkan anak terkecilnya yang masih berusia empat tahun. Solusinya, ia mesti memberikan hadiah agar sang anak tidak menangis saat ditinggal bekerja.
"Sudah muter dari jam 6 pagi jaga kebersihan muter-muter wilayah kota. Paling sulit tinggalin anak paling kecil, ibunya selalu minta dia sabar," ucapnya.