Senin 03 Jul 2017 18:44 WIB

Daya Beli Petani Naik Tipis

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani memanen padi. Ilustrasi
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Petani memanen padi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survei terbaru terkait daya beli petani di perdesaan. Peningkatan daya beli petani ini terukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang harus dibayarkan petani.

Pengeluaran petani yang dicatat termasuk pengeluaran untuk produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga mereka. Semakin tinggi skor NTP, menggambarkan semakin baik daya beli petani.

Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, NTP nasional Juni 2017 sebesar 100,53 atau naik tipis 0,38 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,60 persen lebih besar dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,22 persen.

Suhariyanto mengungkapkan, kenaikan NTP terjadi nyaris untuk seluruh subsektor, kecuali hortikultura yang turun tipis sebesar 0,01 persen.  "Hortikultura seperti produk sayur dan sebagainya sebetulnya mengalami peningkatan, tetapi indeks yang dibayar lebih tinggi lagi sehingga ada penurunan (NTP)," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Senin (3/7).

Selain subsektor yang mengalami penurunan, subsektor lain mengalami kenaikan NTP. Rinciannya, NTP tanaman pangan naik 0,69 persen, NTP tanaman perkebunan rakyat naik 0,08 persen, NTP peternakan naik 0,52 persen, dan NTP perikanan mengalami kenaikan sebesar naik 0,72 persen.

Suhariyanto menyebutkan, kenaikan NTP ini linier dengan tingkat inflasi di perdesaan yang menurun pada Juni 2017. BPS mencatat, inflasi perdesaan sebesar 0,22 persen atau menurun dibanding inflasinya pada Mei 2017 sebesar 0,74 persen.

Bila dilihat perprovinsi, NTP Provinsi Banten mengalami kenaikan tertinggi (1,34 persen) dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar (1,42 persen) dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada Juni 2017 juga mengalami kenaikan, yakni sebesar 109,59 atau naik 0,41 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih menilai, penurunan NTP di subsektor hortikultura harus menjadi catatan penting bagi pemerintah. Apalagi, menurutnya, momen Ramadhan dan Lebaran seharusnya mendongkrak permintaan atas produk hortikultura seperti cabai.

Ia berpandangan bahwa penurunan NTP di subsektor ini menunjukkan bahwa gerusan inflasi tidak bisa diimbangi oleh peningkatan penerimaan para petani hortikultura.  "Di lapangan, faktanya harga cabai anjlok," ujar Henry.

Ia memberikan contoh, harga cabai di level petani di Sumatra Barat tercatat hanya Rp 8 ribu per kilogram (kg). Sementara di level pedagang, harganya juga masih di kisaran Rp 15 ribu per kg.

"Banyak petani cabai sepekan setelah lebaran tidak dipanen. Harga yang anjlok menunjukkan kebijakan pertanian dan pangan  belum berorientasi terhadap kesejahteraan petani sendiri," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement