REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan memasuki semester dua tahun ini, tren rasio kredit bermasalah atau Nonperforming Loan (NPL) terus menurun. NPL pada Mei sebesar 3,07 persen turun dari posisi April yang sekitar 3,1 persen.
Direktur Bank Central Asia (BCA) Santoso Liem menilai, penurunan NPL didorong oleh restrukturisasi kredit bermasalah. "Beberapa kredit bermasalah sudah mulai dilakukan restrukturisasi oleh bank di kuartal dua," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu, (5/7).
Menurutnya, pada kuartal II 2017, pertumbuhan kredit juga mulai meningkat. "Kalau kita lihat memang di kuartal dua mulai terjadi kenaikan untuk outstanding kredit," tutur Santoso.
Corporate Secretary BCA Jan Hendra menambahkan, pertumbuhan kredit BCA sekitar 9 persen per Mei 2017. Angka tersebut sesuai dengan target pertumbuhan kredit perseroan tahun ini yang berkisar antara 9 sampai 10 persen.
"NPL kami juga terjaga baik, serta memiliki coverage yang cukup. Sebentar lagi kami akan umumkan hasil kinerja semester pertama tahun ini," ujar Jan, Rabu, (4/7). Sebelumnya pada kuartal pertama 2017, kredit BCA tumbuh 9,4 persen atau sudah tersalurkan sebanyak Rp 409 triliun dengan posisi NPL di level 1,5 persen.
Sementara itu, Bank Mayapada menyebutkan pertumbuhan kredit sampai Mei sekitar delapan persen. "Pertumbuhan itu dibandingkan posisi Desember 2016," ujar Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi. Ia menyebutkan, NPL perseroan pun masih terkendali. "NPL per Mei kurang lebih 2,2 persen," kata Hariyono.
Ia menjelaskan, sektor perdagangan masih mendominasi porsi kredit Bank Mayapada mencapai 65 persen sampai 70 persen. Sesuai Rancangan Bisnis Bank (RBB), perusahaan menargetkan kredit tahun ini tumbuh sekitar 17 persen hingga 18 persen dibandingkan 2016.