REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Islam di Indonesia pada tanggal 7 Juni 1607, seorang pedagang Belanda, Gilis Michielse-zoon, mendarat di Banjarmasin. Namun, ia dibunuh dan kapalnya dirampas. Pada 1612, VOC datang membalas dendam. Kota Banjarmasin dihancurkan dengan senjata api. "Akhirnya, Sultan Marhum Panembahan memindahkan pusat kerajaan ke Kayu Tangi," ujarnya.
Pemerintahan di Kayu Tangi menjadi era baru bagi Kesultanan Banjar. Namun, VOC terus saja berusaha menduduki Kalimantan Selatan dengan memonopoli perdagangan. Kendati terus terjepit oleh Belanda, Kesultanan Banjar terus bertahan. Hingga pergantian kekuasaan Banjar dicampuri penjajah Belanda. Kesultanan mulai goyah. Tak lama kemudian, Kesultanan Banjar dihapus oleh Pemerintah Belanda pada 11 Juni 1860.