Rabu 19 Jul 2017 20:13 WIB

Komersialisasi Mobil Listrik di Tanah Air Bisa Lebih Cepat

Kendaraan listrik Tesla Model S P100D dijual di bawah Importir Mobil Mewah, Prestige Image Motorcars dengan harga Rp 4,4 miliar.
Foto: Republika/Rossi Handayani
Kendaraan listrik Tesla Model S P100D dijual di bawah Importir Mobil Mewah, Prestige Image Motorcars dengan harga Rp 4,4 miliar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan komersialisasi mobil listrik bisa lebih cepat dari yang diperkirakan karena teknologi ramah lingkungan tersebut sudah populer di sejumlah negara.

"Ketika saya berbicara dengan orang-orang di bidang minyak dan gas, mereka mengatakan mungkin itu berlaku secara komersial tahun 2050. Saya tidak berpikir demikian, ini akan berjalan lebih cepat dari yang kita bayangkan, sama seperti ponsel, PC, dan tablet," kata Menteri Jonan usai menghadiri Seminar Powering Indonesia di Jakarta, Rabu (19/7).

Jonan mengatakan mobil listrik asal Amerika Serikat, seperti Tesla sudah populer dan banyak digunakan di sejumlah negara. Menurut dia, jika tidak dibebankan seperti pajak bea masuk dan pajak impor, harga mobil listrik di Indonesia bisa bersaing dengan mobil konvensional.

Sayangnya, mobil listrik, seperti Tesla bisa dibandrol setidaknya mencapai Rp 2 miliar yang tentunya tidak mudah dijangkau masyarakat. Ia menilai saat ini setiap negara bersaing untuk menciptakan lingkungan yang lebih hijau, terutama Indonesia yang berkomitmen mengurangi emisi karbon dalam Kesepakatan Paris COP 21.

Pemerintah pun telah membentuk tim berunsurkan Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM yang kini tengah menyusun rancangan regulasi berbentuk peraturan presiden tentang pengembangan mobil listrik untuk mengurangi emisi karbon dan mewujudkan bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025.

Terkait dengan penyediaan tenaga listrik dan fasilitasnya, Jonan sudah memiliki konsep pembelian baterai mobil listrik di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik dan yang bekerja sama dengan Pertamina

"Teknologi baterai itu penting. Semua 6.000 SPBU di Indonesia nantinya bisa menyediakan baterai. Setiap mobil listrik masuk SPBU tidak untuk mengisi bahan bakar, tetapi mengganti baterai. Jadi baterai daya kosong bisa dilepas, lalu menukarnya dengan baterai yang terisi. Konsumen harus membayar baterai tersebut," kata Jonan.

Ia menambahkan melalui kebijakan pengembangan mobil listrik ini, impor gas dan bahan bakar minyak akan dapat ditekan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement