Sabtu 05 Aug 2017 17:55 WIB

Bank di Kenya Mulai Tinggalkan Penggunaan Mesin ATM

Anjungan Tunai Mandiri (Automated Teller Machine/ATM)
Foto: AP/Gene J. Puskar
Anjungan Tunai Mandiri (Automated Teller Machine/ATM)

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Berakhirnya era Anjungan Tunai Mandiri (ATM), mesin pengambilan uang yang disukai banyak orang, membayang di Kenya. Belakangan ini bank secara bertahap menarik mesin itu dari pasar.

Sejumlah bank di negara Afrika Timur tersebut melakukannya secara diam-diam. Mereka meminta pelanggan untuk menggunakan telepon genggam dan agen. Kebijakan ini sekaligus bertujuan untuk memangkas biaya operasional bank.

Dengan meningkatnya penggunaan "mobile money" pemilik telepon selular bisa melakukan transaksi, bahkan mencairkan pulsa atau saldo yang dikirim dari pemilik telepon selular lain. Bank di Kenya berpendapat ini cuma masalah waktu saja sampai mesin ATM menghadapi masa depan yang suram.

Rakyat Kenya bertransaksi dengan menggunakan "mobile money" dengan jumlah hampir tiga miliar dolar AS per bulan. Jumlah itu terus naik dari tahun ke tahun, demikian laporan Xinhua--yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu siang.

Besarnya volume tersebut telah membuat bank tak memiliki pilihan selain menghubungkan sistem mereka dengan sistem telekomunikasi yang menawarkan layanan "mobile money".

Hasilnya, kata Xinhua, ialah makin banyak orang Kenya menggunakan perbankan bergerak dan menjauhkan diri dari mesin ATM yang berada di pusat pertokoan serta pusar pasar.

Selain itu, pemberlakuan peraturan untuk mengekang suku bunga mengurangi margin keuntungan bank memaksa lembaga keuangan tersebut memangkas biaya.

Di samping memutuskan hubungan dengan karyawan, menutup cabang, dan mengurangi jumlah mesin ATM, bank-bank di Kenya telah menerapkan agen perbankan, termasuk menyediakan agen di lingkungannya.

Strategi untuk menggunakan agen dilaporkan bukan hanya membantu bank di negara Afrika Timur tersebut memangkas biaya dengan mempekerjakan lebih sedikit "teller", mereka telah membantu mengurangi antrean di ruang bank mereka.

Ada lebih dari 40.000 agen bank di seluruh Kenya, kata Bank Sentral.

Mereka melakukan layanan dasar perbankan seperti transaksi deposit dan penarikan, pembayaran rekening, pengiriman dana, dikeluarkannya formulir permohonan pembuatan rekening dan pinjaman.

Dengan bertambahnya agen dan penggunaan perbankan elektronik, banyak bank menyadari ATM memiliki peluang kecil untuk bertahan hidup di negara Afrika Timur itu.

Equity Bank, bank terbesar di Kenya dalam jumlah pelanggan, pada Rabu (2/8) mengakui ATM tak memiliki masa depan dalam mode baru bisnis mereka.

Bank tersebut mengumumkan penutupan 11 lokasi ATM di seluruh negeri itu saat bank tersebut mengalihkan pelanggan ke saluran pilihan dalam strategis pemangkasan biaya.

Kepala Pelaksana Equity Bank James Mwangi mengatakan agen dan perbankan bergerak memiliki keperluan modal kecil, sehingga itu menawarkan hasil terbaik dalam bisnis, tidak seperti ATM --yang memerlukan penanaman modal awal berupa pembelian mesin dan sewa tempat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement