REPUBLIKA.CO.ID, PARIMO -- Pembangunan Rumah Sehat BAZNAS Parigi Moutong (RSB Parimo), telah rampung. RSB senilai Rp 4,5 miliar yang didanai Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) ini, direncanakan akan diresmikan Presiden Jokowi pada Rabu, 27 September 2017.
BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non-struktural yang salah satu tugasnya adalah pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Turut hadir, Ketua BAZNAS Provinsi Sulawesi Tengah Prof. Dr. Dahlia Syuaib, Kepala RSB Indonesia (RSBI) dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Si dan Kabag Humas Pemkab Parimo, Syamsu.
"Mudah-mudahan RSB ini bisa diresmikan oleh Presiden RI. Karena masyarakat setempat sangat berterima kasih pada pemerintah sehingga menginginkan Bapak Jokowi bisa hadir di tengah-tengah mereka," ujar anggota BAZNAS Irsyadul Halim saat berkunjung ke RSB Parimo di Desa Siniu, Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu (20/9) lalu.
Menurut Irsyad, pembangunan fisik gedung sudah seratus persen tuntas. Sekarang tinggal pasang sarana pelengkap seperti peralatan kesehatan (alkes), peranti elektronik dan furnitur. Semua sedang dalam perjalanan dan setting hanya butuh waktu satu-dua hari. "Bisa kita simpulkan bahwa semua sudah siap,” ujarnya.
Tak hanya ke RSB, Irsyad juga menyempatkan diri meninjau beberapa titik lokasi penerima manfaat program BAZNAS. Seperti Zakat Community Development (ZCD), bantuan 20 perahu untuk nelayan Desa Siniu dan Pelawa Baru, beasiswa pendidikan dari jenjang SD hingga perguruan tinggi, sarana belajar PAUD, alat pengolah dan bibit nilam serta mobil pemasaran batu bata untuk BMT Al Amin Palu.
Irsyad menjelaskan, pembangunan RSB ini merupakan proyek unggulan yang dipadukan dengan program penyaluran dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) BAZNAS.
Mantan Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan PP Muhammadiyah (2010-2015) ini, menjelaskan, RSB Parimo merupakan yang keenam yang dibangun dan dikelola BAZNAS setelah RSB Pangkalpinang (Provinsi Bangka Belitung), RSB Masjid Agung Sunda Kelapa (Jakarta), RSB Yogyakarta (DIY), RSB Sidoarjo (Jawa Timur) dan RSB Makassar (Sulawesi Selatan).
RSB berukuran 853 meter ini, dibangun dua lantai di atas lahan seluas 5.000 meter persegi. Dalam setahun ke depan, RSB Parimo diproyeksikan bisa melayani rawat inap dengan kapasitas 60 pasien.
Irsyad menambahkan, tujuan pembangunan RSB untuk memeratakan akses kesehatan dan pengobatan bagi warga tak mampu. "Ini untuk memberikan suatu pelayanan humanis dan profesional sebagai model pemberdayaan masyarakat yang efektif. Sekaligus jadi solusi yang reliabel dalam mengentaskan masalah-masalah sosial," ujarnya.
Sementara itu, Kabag Humas Pemkab Parimo, Syamsu, menjelaskan, dalam perencanaan tata kota, kelak RSB juga berfungsi sebagai RS rujukan dan akan terintegrasi dengan pesantren, polsek serta dilengkapi gedung rehabilitasi narkoba.
Kepala RSBI dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Si mengatakan, pihaknya menjadwalkan pemasangan sarana prasarana pendukung seperti alkes, furnitur, alat elektronik, pada Kamis (21/9), sehingga visitasi bisa dilakukan Jumat (22/9).
“Visitasi adalah check list kelengkapan RSB level klinik pratama ini untuk mendapatkan izin operasional dari Dinas Kesehatan Kabupaten Parimo. Insya Allah, Senin (25/9) kita sudah bisa memperoleh surat izin operasional,” katanya.
Menurut dia, selain memonitor pembangunan fisik RSB, pada 25 Juli 2017, pihaknya bersama Pemkab Parigi Moutong telah menyeleksi dan merekrut 29 staf RSB Parimo. Para karyawan yang mulai bekerja pada Agustus lalu itu terdiri atas dokter umum, perawat, tim survei, tenaga administrasi, satpam dan cleaning service.
Sejak 27 Juli 2017, lanjut dr. Fachri, tim survei sudah aktif bekerja mendata calon anggota RSB dan menjaring 150 kepala keluarga mustahik. Dia membawa tim yang beranggota enam ahli medis dan rumah sakit. "Insya Allah, kita tinggal di Parimo sampai acara peresmian selesai pada tanggal 27 September 2017 mendatang," katanya.