REPUBLIKA.CO.ID, Perubahan iklim merupakan isu sentral di United Nations General Assembly (UNGA) tahun ini. Apalagi dengan adanya badai Irma dan badai Maria yang melanda Amerika.
"Perubahan iklim membuat bayangan panjang mengenai upaya pembangunan negara kita," kata Darren Henfield, menteri luar negeri Bahama, dalam pertemuan UNGA mengenai Badai Irma, dilansir dari laman Time, Kamis (21/9).
"Implikasi dari naiknya permukaan air laut dan suhu atmosfer mengindikasikan konsekuensi yang mengerikan bagi negara-negara kepulauan yang rendah seperti di Bahama," ungkapnya.
Henfield mengatakan, biaya pembangunan kembali setelah badai Irma akan melangit. Begitu pula biaya pembangunan setelah badai Maria melanda.
Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan global juga menjadi semakin jelas. Pada akhir pekan lalu, PBB merilis sebuah laporan yang menunjukkan bahwa kelaparan global terus meningkat. Ada sekitar 38 juta lebih orang terkena dampak pada 2016, lebih banyak daripada 2015.
Penelitian lain telah menghubungkan perubahan iklim dengan masalah pernafasan yang meningkat, gizi buruk, penyebaran penyakit menular, dan bahkan kecemasan. Pemimpin di PBB mengatakan bahwa sementara lebih banyak negara secara eksplisit menyerukan risiko ini terhadap kesehatan sekarang, daripada di masa lalu, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
"Saya pikir cukup jelas beberapa negara, terutama di negara berkembang di mana polusi udara tinggi, melihat ada kesempatan untuk mengurangi perubahan iklim dan memperbaiki kesehatan," kata Nick Nuttall, juru bicara United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).