Jumat 22 Sep 2017 08:50 WIB

Warga Myanmar Khawatir Rakhine Dikuasai Rohingya

Anak Rohingya di Kamp pengungsi Rohingya di Balukhali-Ukhiya, Bangladesh
Foto: Abir Abdullah/EPA
Anak Rohingya di Kamp pengungsi Rohingya di Balukhali-Ukhiya, Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Meski banyak laporan mengenai kekerasan yang dialami Muslim Rohingya, warga Myanmar tampaknya tidak menujukkan simpati mendalam. Mereka justru lebih mengkhawatirkan kondisi warga etnis lokal di Negara Bagian Rakhine, sebagai sesama warga negara Myanmar.

"Mereka mengatakan banyak umat Islam telah terbunuh. Sebenarnya, justru sebagian besar warga etnis Rakhine yang menderita," kata U Moon, warga Myanmar yang berprofesi sebagai penjual koran di Yangon, kepada Channel News Asia.

Berbeda dengan 135 kelompok etnis lain di Myanmar, etnis Rohingya tidak diakui oleh pemerintah, terlepas dari keberadaan mereka di negara ini dari generasi ke generasi. Warga Rohingya tidak diberikan status kewarganegaraan dan kehilangan hak dasar atas perawatan kesehatan dan pendidikan.

Selain kurangnya simpati terhadap Rohingya, warga Myanmar juga merasa khawatir Negara Bagian Rakhine akan diambil alih oleh Muslim Rohingya, yang dimulai sejak adanya migrasi tenaga kerja selama pemerintahan Inggris. "Etnis lokal Rakhine menjadi minoritas karena populasi Muslim terus tumbuh," ujar Thein Aung, seorang pengemudi taksi di Yangon.

Menurut Human Rights Watch (HRW), sejumlah besar buruh bermigrasi dari Asia Selatan ke Myanmar antara 1824 dan 1942. "Inggris mengelola Burma sebagai sebuah provinsi di India, sehingga migrasi ke Burma dianggap sebagai gerakan internal," kata HRW dalam salah satu laporannya.

"Namun, pemerintah Burma masih menganggap migrasi yang terjadi selama periode ini adalah ilegal, dan dengan alasan inilah mereka menolak kewarganegaraan mayoritas warga Rohingya," tambah HRW.

Di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, etnis Rohingya umumnya dikenal sebagai "orang Bengali." Istilah ini menunjukkan, mereka adalah imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement