REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dapat meningkatkan muzaki dengan mendorong enterpreneutship di sekolah maupun universitas. Dalam sejumlah angka statistik, satu persen orang Indonesia menguasai 50 persen aset nasional. Namun, sebagian besar dari satu persen tersebut tidak membayar zakat.
"Jadi itu letaknya, bagaimana kita di sini di samping mengumpulkan zakat juga berusaha meningkatkan jumlah yang bayar zakat," ujar Jusuf Kalla ketika membuka Rapat Koordinasi Zakat Nasional Baznas di Hotel Mercure Ancol, Rabu (4/10).
Dalam sambutannya tersebut Jusuf Kalla menganalogikan, jika seorang peternak ayam ingin menghasilkan telur ayam yang banyak, peternak tersebut harus memelihara ayamnya dengan baik. Jangan sekadar menginginkan hasil yang banyak, tapi tidak ada upaya untuk mencapai hasil tersebut.
"Jadi, menurut saya, kita berjuang bersama-sama, jangan berburu hewan di kebun binatang, ya pasti dapatnya itu-itu saja tidak bertambah," ujar Jusuf Kalla.
Selain itu, Baznas juga diminta agar efisien dalam mengelola zakat. Menurut Jusuf Kalla, semakin kecil saldo Baznas maka pengelolaannya semakin efektif. Dalam rapat koordinasi tersebut, salah satu tema yang diangkat oleh Baznas, yakni mengenai peran zakat dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Menurut Jusuf Kalla, peran zakat dalam SDGs memang bagus namun harus dipelajari bahwa 17 program dalam SDGs tidak semuanya sesuai dengan 8 golongan mustahik atau penerima zakat. Jusuf Kalla mengatakan, dalam Sidang Umum PBB beberapa waktu lalu gubernur Jambi diundang untuk memaparkan mengenai pemanfaatan zakat untuk pembangunan pembangkit listrik yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan merupakan upaya bagi pengentasa kemiskinan.
"Namun demkian, yang paling penting adalah mendorong anak-anak bangsa ini untuk berwirausaha sehingga dapat meningkatkan muzakinya," kata Jusuf Kalla.