REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Duka menyelimuti Persela Lamongan pascatragedi lapangan hijau yang menewaskan penjaga gawang mereka, Choirul Huda, Ahad (15/10). Huda meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) DR. Soegiri, Lamongan, Jawa Timur (Jatim). Ia menghembuskan nafas terakhir pada pukul 17.15 setelah mendapat perawatan intensif pascabenturan dengan pemain Semen Padang, di pekan ke-29 Liga 1 2017.
Choirul Huda cukup lama malang melintang di lapangan hijau Tanah Air khususnya di Persela Lamongan. Pemain kelahiran Lamongan, Jawa Timur, Indonesia, 2 Juni 1979 itu memulai karier hingga menutupnya di Persela, tim berjuluk Laskar Joko Tingkir.
Choirul Huda mengawali kariernya di akademi sepak bola Persela Lamongan saat usianya masih belia. Baru kemudian pada pada awal musim 1999 (20 tahun), pemain dengan tinggi badan 185 cm itu didapuk menjadi penjaga gawang Persela di tim utama.
Kariernya terus mentereng hingga usianya yang sudah memasuki 37 tahun. Sempat menolak tawaran dari Sriwijaya FC, pemain yang kemudian dikenal sebagai maskot Persela Lamongan itu sukses menjaga kualitas gawang Persela hingga menjadikan klub asal Jawa Timur itu tetap bersaing dengan baik di Liga 1.
Sepanjang musim 2017, Huda telah melakoni 21 laga untuk Persela, dengan catatan 31 kali kebobolan dalam rentang 1.821 menit penampilan. Persela kini bercokol di posisi ke-13 klasemen sementara Liga 1.