REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Manajemen Persis Solo untuk sementara menonaktifkan pelatih kepala Widyantoro dan segera mencari pelatih baru untuk persiapan tim maju ke babak delapan besar Liga 2 Indonesia 2017.
"Putusan Komisi Displin (Komdis) PSSI yang menjatuhkan hukuman terhadap Pelatih Persis Solo Widyantoro saat pertandingan menjamu Cilegon United, yakni tidak boleh melatih selama 12 bulan, membuat manajemen menonaktifkan dia untuk menghormati putusan PSSI itu," kata Wakil Chief Executive Officer (CEO) Persis Solo Dedi M Lawe, Senin (16/10).
Namun, manajemen Persis tetap menyampaikan sejumlah kebijakan terkait putusan Komdis PSSI. Pertama, mengajukan banding ke Komisi Banding atas putusan Komdis PSSI yang menghukum pelatih kepala Widyantoro selama 12 bulan tidak boleh berhubungan dengan sepak bola dan asisten pelatih kiper I Komang Putra serta tenaga medis Mursit selama tiga kali pertandingan di lapangan.
"Kami sudah mengajukan banding ke PSSI, dan sesuai batas kemungkinan," kata Dedi.
Selain itu, manajemen Persis juga sudah mengajukan surat keberatan kepada Komdis PSSI dan sedang mengajukan banding, dan Komisi Banding PSSI menyatakan status quo terlebih dahulu hingga ada keputusan inkrah atau resmi.
"Kami menilai tindakan menghukum pelatih Persis, selama 12 bulan itu, tidak ada dasar hukumnya. Komdis PSSI menjatuhkan hukuman, dasar hukumnya untuk kasus suap, intimidasi, dan penggelapan, sehingga mereka yang melakukan itu, melanggar tidak pidana dan harus dihukum," kata Dedi menegaskan.
Namun, lanjut Dedi, pelatih Persis melakukan tindakan protes terhadap keputusan wasit tidak ada dasar hukumnya. Komdis PSSI dinilai keliru dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelatih Widyantoro. Bahkan, saat Persis melawan Cilegon United protes terjadi pada babak pertama, dan kemudian babak kedua berjalan normal tidak ada keributan.
"Kami memang ada protes terhadap wasit pada babak pertama, tetapi babak kedua berjalan normal dan tidak terjadi apa-apa. Kami menilai keputusan Komdis PSSI, terhadap pelatih Persis keliru," kata Dedi.
Kendati demikian, manajemen Persis tetap menghormati keputusan tersebut. Dedi berharap ke depan Komdis PSSI lebih berhati-hati dalam menjatuhkan hukuman bentuk apapun dan jangan sampai ada kekeliruan demi kemajuan persepakbolaan Indonesia. "Jadi hukuman jangan disamakan protes dengan intimidasi karena sangat berbeda."
Manajemen Persis Solo mengambil langkah kebijakan untuk menonaktifkan pelatih Persis Widyantoro, untuk sementara, sambil menunggu keputusan banding. "Persis yang maju ke babak delapan besar Liga 2 Indonesia harus ada pelatih kepala untuk mendampingi selama di lapangan. Kami kemudian meminjam Pelatih PSS Slemen Feddy Mulli untuk menggantikan Widyantoro," jelas Dedi.
Menurut CEO Persis Solo Bimo Putranto, manajemen Persis telah mengupayakan melawan putusan Komdis PSSI untuk mengajukan surat banding atas sanksi terhadap Widyantoro.
Namun, manajemen berharap selama proses banding berlangsung tetap ada pelatih kepala yang mendampingi timnya yang lolos ke babak delapan besar. "Kami tetap ingin Widyantoro masih melatih Persis karena sejak awal kompetisi sekarang antusias suporter yang memberikan dukungan kepada Widyantoro sangat luar biasa," kata Dedi.