REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Kementerian Perdagangan telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium dan beras premiun melalui Permendag No 57 tahun 2017. Untuk wilayah Jawa ditetapkan harga beras medium di angka Rp 9.450 per kilogram (kg) dan beras premium Rp 12.800 per kg dan harus mulai diberlakukan sejak 1 September lalu.
Namum berdasarkan pemantauan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung, harga beras eceran di Kota Bandung justru berada di atas HET sejak bulan September lalu. Pedagang di tingkat pengecer menjual beras medium rata-rata Rp 10 ribu per kg dan premium Rp 11.000 - Rp 14.000 per kg tergantung jenisnya.
Kepala seksi Pengadaan dan Penyaluran Bidang Distribusi Perdagangan dan e-comerce Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung, Eri Nurjaman, mengatakan Kota Bandung bukan menjadi wilayah produksi beras melainkan daerah distribusi dan pemasaran. Karenanya harga yang berlaku di pasaran sangat bergantung dengan harga di wilayah produksi ditambah biaya distribusi.
"Jadi harga dasar pembelian beras dari produsen di sentral produksi seperti di Majalengka, Indramayu, Subang sudah tinggi.Medium harga belinya di produsen atau distributor sudah Rp 9.400 perkilo. Jadi denganmarginnya jualnya Rp 9.600- Rp 9.800 per kilo," kata Eri di Balai Kota Bandung, Kamis (19/10).
Eri mengatakan pihaknya akan segera menyiapkan operasi pasar untuk mengantisipasi harga beras jika terus naik. Ia mengaku telah merencanakan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan serta Perum Bulog untuk menggelontorkan beras medium ke pasar-pasar tradisional.
Apabila harga beras Medium terus merangkak naik di atas HET, maka Perum BulogSub Divre Bandung akan menyiapkanCadangan Beras Pemerintah (CBP) dalam rangka menjaga stabilitasharga dan ketersediaan stok beras.Beras tersebut akan dijual Rp 8.100 per kg.
"Jadi masih dibawah HET. Kami sudah sosiliasikan kepada asosiasi retail dan distributor beras beserta pedagang beras di tingkat pasar tradisional. Sudah dilaksanakan pedagang retail disiapkan beras yang berkemasan sesuai HET nya," ujarnya.
Meski demikian, Eri belum bisa memastikan kapan operasi pasar akan digelar. Menurutnya, OP masih dalam rencana sambil menunggu perkembangan harga beras dan kelugan warga.
Eri mengatakan warga belum ada yang mengeluh dengan harga saat ini. Lagipula hanya sebagian kecil warga Kota Bandung yang mengkonsumsi beras jenis medium.
"Di Bandung memang kebanyakan konsumsinya premium, medium hanya sekitar 10 persen. Surat rencana operasi pasarnya baru kemarin. Belum ada keluhan yang berkaitan dengan harga beras medium yang dibutuhkan. Kami akan koordinasi dengan tingkat kewilayahan ingin mengajukan operasi pasar atau tidak," tuturnya.
Oleh karena itu, Pemkot Bandung menunggu permintaan operasi pasar untuk beras jenis medium. Jika ada maka pihaknya siap menggelar operasi pasar dengan cadangan beras di Perum Bulog.
Ia pun berharap produksi beras di daerah penghasil beras semakin membaik. Sehingga harga di daerah distribusi bisa semakin ditekan, khususnya Kota Bandung.