Senin 23 Oct 2017 10:51 WIB

Saat Iblis Merah Dihukum Arogansi

Aaron Mooy merayakan golnya ke gawang Manchester United pada pertandingan antara Manchester United melawan Huddesfield di Stadion John Smith Stadium, Huddersfield, Inggris.
Foto: Nigel French/AP
Aaron Mooy merayakan golnya ke gawang Manchester United pada pertandingan antara Manchester United melawan Huddesfield di Stadion John Smith Stadium, Huddersfield, Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Gilang Prambadi

HUDDERSFIELD -- Apa yang pelatih Manchester United Jose Mourinho ucapkan jelang laga kontra Huddersfield, Sabtu (21/10) malam WIB, benar-benar menjadi kenyataan. Sebelum laga di Stadion John Smith itu digelar, Mourinho menyatakan, Huddersfield akan menjadi lawan berat.

Alasannya, pelatih asal Portugal ini menilai tim tuan rumah akan bermain penuh motivasi karena akan kedatangan klub sebesar United. Pernyataan Mourinho ini terkesan menjadi sikap kewaspadaan timnya atas lawan yang merupakan klub promosi tersebut. Namun, di lapangan, pasukan Iblis Merah berbuat sebaliknya.

Setelah peluit pertama dibunyikan, tak ada gairah yang ditunjukkan oleh Juan Mata dan kawan-kawan di lapangan. Dua gol Huddersfield lahir begitu gampang. Keduanya pun muncul akibat kesalahan sangat mendasar yang dibuat oleh penggawa United.

Gol pertama muncul ketika Mata mencoba memainkan bola di lini tengah. Tak disangka, bola dapat direbut dengan mudahnya oleh pemain Huddersfield hingga berujung gol yang dicetak oleh Aaron Mooy. Pemain asal Australia ini pula yang merebut bola dari Mata sebelum akhirnya membawa Huddersfield unggul 1-0.

Gol kedua juga lahir karena blunder pemain United. Kali ini bek tengah Victor Lindelof berbuat kesalahan yang tak pantas dilakukan oleh seorang manusia bergaji miliaran rupiah per bulan. Berdiri di garis terakhir pertahanan timnya, Lindelof tak bisa menyundul bola lambung yang dilepaskan oleh kiper Huddersifield Jonas Loessl ke depan gawang David De Gea.

Fatal, bola kemudian jatuh ke kaki striker lawan, Laurent Depoitre. Dengan leluasa, pemain asal Belgia ini kemudian bisa mengelabui De Gea untuk menggandakan keunggulan timnya.

Setelah gol tersebut lahir, United barulah tersengat. Tim yang sebelumnya tak terkalahkan dalam 11 laga ini seakan baru menyalakan mesin permainan. Segala usaha keras dilakukan oleh United demi tak menelan malu. Penguasaan bola yang mencapai 78 persen menjadi gambaran betapa sangat bernafsunya United menggempur pertahanan lawan.

Namun, cuma satu gol yang bisa United produksi via striker Marcus Rahsford. Sang kolektor gelar juara Liga Inggris terbanyak dengan 20 trofinya ini kehabisan waktu dan harus menanggung kekalahan yang sangat memalukan.

Ada banyak faktor yang membuat kekalahan itu pantas menjadi hal paling memalukan bagi United di era Liga Primer Inggris. Selain karena kekalahan tersebut menjadi yang pertama diderita musim ini, noda atas keterpurukan di Stadion John Smith juga sangat mengotori nama baik United sebagai klub besar. Kekalahan tersebut menjadi yang pertama dirasakan oleh United atas Huddersfield setelah 65 tahun lamanya.

Terakhir kali United bertekuk di hadapan the Terriers ketika berkompetisi di Divisi Satu Liga Inggris musim 1951/1952, tepatnya pada 22 Maret 1952. Di kandang lawan, United kalah dengan skor tipis 2-3. Selain itu, faktor lainnya yang membuat kekalahan atas Huddersfield menjadi pukulan telak bagi United adalah soal status dari klub asal West Yorkshire tersebut.

Huddersfield sama sekali bukan tim elit. Memang, klub berusia 109 tahun itu pernah sejenak menjadi raja di Inggris dengan jadi juara musim 1923/1924 sampai 1925/1926. Namun, setelah //hattrick// tersebut, Huddersfield mengalami anjlok prestasi hingga menjelma menjadi tim gurem di tanah Britania Raya. Bahkan, sebelum promosi ke Liga Primer Inggris musim ini, Huddersfield perlu 40 tahun untuk berjuang kembali ke kasta tertinggi Liga Inggris.

Mourinho pun sangat marah karena kekalahan memalukan United atas Huddersfield terjadi di era kepemimpinannya. Peraih titel pelatih terbaik dunia 2010 dari FIFA ini mengecam sikap meremehkan yang timnya tunjukkan ketika menghadapi Huddersfield.

Menurut Mourinho, keseriusan pasukannya menghadapi Huddersfield sangatlah buruk. Karena sangat buruknya, Mourinho menilai pasukannya bahkan lebih serius ketika memainkan laga persahabatan saat pramusim daripada saat melawan Huddersfield.

"Saya tak melihat ada sikap yang pantas dari para pemain saya. Saya terima kekalahan ini. Hukuman memang harus diberikan kepada sebuah tim yang tak bermain dengan sungguh-sungguh," kata Mourinho menegaskan usai laga.

Ekspresi pelatih Huddersfield David Wagner jelas terlihat bahagia. Pelatih yang akrab dengan topinya ini seolah tak percaya dengan keberhasilan heroik timnya menaklukkan United.

"Saya masih belum bisa percaya. Wow, kami bahkan sempat unggul 2-0. Pertandingan yang benar-benar sempurna. Hal ini benar-benar signifikan bagi mental kami," kata pelatih 46 tahun ini.

Meski memalukan, United tak lantas perlu larut dalam kecewa. Ketika 65 tahun lalu tersungkur di markas Huddersfield, Manchester Merah juga pulang dengan wajah menanggung malu, tetapi kemudian bisa berjaya di akhir musim. Kala itu United meraih titel juara Liga Inggris musim 1951/1952.

Keberhasilan ini menjadi awal munculnya era emas pertama United di bawah komando sosok legendaris, Matt Busby atau yang kini dikenal sebagai Sir Matt Busby. Sebaliknya, Huddersfield harus rela turun ke Divisi Dua karena menemapti zona merah di akhir musim.

(Editor: Abdullah Sammy).

Klasemen Premier League Musim 2024
Pos Team Main Menang Seri Kalah Gol -/+ Poin
1 Liverpool Liverpool 11 9 1 1 21 15 28
2 Manchester City Manchester City 11 7 2 2 22 9 23
3 Chelsea Chelsea 11 5 4 2 21 8 19
4 Arsenal Arsenal 11 5 4 2 18 6 19
5 Nottingham Forest Nottingham Forest 11 5 4 2 15 5 19
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement