REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Polisi di Korea Selatan (Korsel) siaga satu untuk mengawasi kritikus Presiden AS Donald Trump yang tiba di negara tersebut. Puluhan demonstran anti-Trump berkumpul di dekat istana presiden Blue House dengan spanduk bertuliskan "Trump TIDAK disambut!" Dan "katakan tidak pada Trump, dan katakan tidak pada perang."
Para demonstran menuduh Trump membangkitkan kebencian dengan Korut dan menekan Seoul untuk membeli lebih banyak senjata ke AS. Mereka juga menuduhnya menekan Seoul untuk melakukan kesepakatan kembali perdagangan bebas bilateral antara kedua negara tersebut sehingga lebih menguntungkan AS.
"Kami menentang kunjungan ke Korsel oleh Trump yang telah meningkatkan ketakutan perang di Semenanjung Korea," kata salah seorang demonstran yang membacakan pernyataan seperti dikutip The Guardian, Selasa (7/11).
Kelompok yang menyebut dirinya Koalisi Anti-Trump itu juga berencana akan melakukan aksi protes pada Rabu (8/11) waktu setempat di dekat parlemen Seoul. Trump direncanakan akan berpidato yang menyerukan masyarakat internasional untuk memaksimalkan tekanan ke Korut.
Sementara itu ada pula pendukung Trump, yang kebanyakan dari mereka adalah kaum konservatif. Mereka juga akan menghiasi jalanan untuk menunjukkan bahwa warga Korsel terbagi dalam beberapa garis ideologis dan generasi.
Menurut Badan Kepolisian Nasional, lebih dari 15 ribu polisi diturunkan untuk mengamankan kedatangan Trump dan memantau demonstrasi tersebut. Sejumlah perwira berjaket hijau neon juga berpatroli di dekat Blue House dan Kedubes AS. Dan juga dipasang ratusan bus untuk membuat perimeter ketat di jalan-jalan terdekat.