Senin 13 Nov 2017 09:29 WIB

TPP Tetap Berjalan tanpa AS

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Perwakilan 12 negara yang terlibat dalam Trans Pacific Partnership (TPP) di Atlanta, negara bagian Georgia, Amerika Serikat.
Perwakilan 12 negara yang terlibat dalam Trans Pacific Partnership (TPP) di Atlanta, negara bagian Georgia, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kemitraan Trans Pasifik (TPP) akan tetap berjalan tanpa AS yang telah menarik diri. TPP diharapkan bisa memperluas area perdagangan bebas 11 negara anggota.

Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kano menjelaskan, Kesepakatan Progresif dan Komprehensif TPP sudah dibentuk. Meski detil kesepakatan ini masih harus dibicarakan dan diharapkan awal 2018 sudah rampung.

Meski AS mundur dari TPP, negara-negara lain perlahan mulai menunjukkan kemajuan perdagangan. Cina bernegosiasi dengan 16 negara Asia Pasifik termasuk Jepang, India, dan Korea Selatan. Uni Eropa dan Jepang juga menjalin kerja sama dengan Brasil dan Argentina.

Sikap Cina terhadap TPP sendiri masih belum bisa ditentukan. Meski begitu, perkembangan di pasar potensial seperti Asia Tenggara membuka peluang bagi neraga lain untuk masuk, apalagi setelah AS keluar dari TPP.

Presiden Dewan Perdagangan Nasional Asing yang merupakan kelompok pelobi perusahaan besar, Rufus Yerxa mengatakan, pada titik tertentu, AS melihat TPP bukan hal strategis. Namun, kompetisi terus berlanjut dan strategi tepat harus digunakan.

Yang mengkhawatirkan, Trump dinilai membuat AS kehilangan pengaruh global dan membuka peluang bagi Cina untuk masuk. ''AS kehilangan pengaruh mereka dan Cina dengan cepat mengambilnya,'' kata ekonom Bank Pembangunan Asia (ADB) Jayant Menon seperti dikutip New York Times akhir pekan lalu.

Di bawah kesepakatan TPP, negara-negara anggota akan menikmati perdagangan bebas bea. Sayang, belum semua kesepakatan TPP diketahui semua anggota.

Kanada, yang digadang-dagang menjadi negara potensial untuk bergabung dengan TPP, pun belum memutuskan sikap.

Meski tanpa AS, TPP bukan kelompok gadang terbesar dalam sejarah. Kesepakatan ini membuka pasar lebih besar untuk produk pertanian dan layanan digital antar anggota.

Mantan negosiator perdagangan AS dalam TPP Wendy Cutler memprediksi, akan sulit bagi AS untuk kembali ke TPP. Filipina dan Thailand kemungkinan akan bergabung setelah sekapakatan ini diratifikasi. Bagi para anggota, TPP menjanjikan kepastian saat politik dunia sedang tak pasti.

Trump menyebut sistem ekonomi global terintegrasi adalah bom. Ia memilih bertransaksi bilateral dengan per satu negara.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement