REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suhu udara dingin masih terasa di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung, Kayong Utara, Kalimantan Barat. Sejak subuh beberapa orang mulai sibuk mempersiapakan perlangkapan dari sebuah Camp Cabang panti. Tepat pukul 07.30 beberapa orang staf mulai bergerak ke dalam hutan di sekitar camp.
Staf ini memiliki tugas unik, mereka mengamati, dan mengambil data orangutan mulai dari pagi hari hingga menjelang sore. Bahkan untuk beberapa kesempatan pengamatan harus dimulai sejak subuh, jauh sebelum orangutan ini bangun. Staf ini seolah menjadi asisten orangutan karena kegiatannya yang hampir sepanjang hari mengamati perilaku orangutan.
Jika asisten ini menemukan sarang orangutan, mereka menandai lokasi untuk kembali didatangi keesokan harinya. Asisten ini akan datang sejak subuh. Dan mereka akan menunggu orangutan terbangun dan membuang hajat. Kotoran dan urin orangutan ini segera dikumpulkan sebagai bahan data penelitian. Selain kotoran dan urin, para asisten ini mengamati perilaku makan orangutan ini.
Stasiun Penelitian Cabang Panti merupakan salah satu tempat penelitian tertua didirikkan sejak tahun 1986. Luas wilayah penelitian stasiun ini mencakup 21.000 hektar dari luas total 90.000 hektar Taman Nasional Gunung Palung.
Lahirnya Stasiun Penelitian Cabang Panti tidak lepas dari upaya dari Prof. Mark Leighton (ahli ekologi dan botani) dari Harvard University. Leighton menjadikan Cabang Panti sebagai stasiun penelian ilmiah berkaitan dengan penelitian keragaman ekologi dan primata.