Selasa 28 Nov 2017 05:21 WIB

JK: Cina Investasi Oke, Tapi Jangan Bawa Banyak Tenaga Kerja

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Elba Damhuri
Menko PMK Puan Maharani mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima kunjungan Wakil Perdana Menteri RRC Liu Yandong di Istana Wapres, Jakarta.
Foto: Istimewa
Menko PMK Puan Maharani mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima kunjungan Wakil Perdana Menteri RRC Liu Yandong di Istana Wapres, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) menerima kunjungan kehormatan Wakil Perdana Menteri Cina Liu Yandong di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin (27/11). Dalam keterangan pers seusai pertemuan, JK menyinggung relasi investasi dan tenaga kerja asing (TKA) asal Negeri Tirai Bambu di Tanah Air.

"Saya katakan tadi, investasi Anda (Cina) bagus. Cuma, jangan terlalu banyak bawa tenaga kerja," ujar Kalla.

Menurut Wapres, apabila ada investasi Cina, ribuan TKA asal Cina turut serta dibawa. "Saya bilang jangan begitu," kata dia.

Seharusnya, sambung Wapres, tenaga kerja Indonesia dilatih terlebih dahulu. Bisa di Cina ataupun Indonesia. "Dan dia (Wakil PM Cina) setuju menggunakan tahap-tahap itu," ujar politikus senior Partai Golongan Karya ini.

Wapres mengakui, pada dasarnya, hubungan Indonesia dan Cina saling membutuhkan. Cina membutuhkan pasar yang besar dan Indonesia memiliki itu. Selain itu, dibutuhkan juga hubungan antara people to people dan investasi di berbagai bidang.

Dalam pertemuan tersebut, Wapres menjelaskan, Wakil PM Cina juga mengungkapkan hasil kongres Partai Komunis Cina. PKC berkeinginan menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai negara terkuat di dunia melewati Amerika Serikat. "Itu yang digambarkannya dan ingin kerja sama di Indonesia dengan baik,\ kata dia.

Berdasarkan data, Cina merupakan salah satu mitra utama ekonomi Indonesia. Nilai perdagangan kedua negara pada Januari-Agustus 2017 mencapai 35,79 miliar dolar AS. Nilai ini meningkat 23,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di sektor pariwisata, Cina kini penyumbang wisatawan mancanegara terbesar ke Indonesia dengan jumlah kunjungan 1,42 juta orang pada Januari-Agustus 2017. Cina melampaui Singapura dan Australia yang kerap menduduki posisi teratas kunjungan wisman ke Indonesia.

Sepanjang Januari-September 2017, investasi Cina mencapai 2,73 miliar dolar AS atau meningkat 80 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016. Cina menjadi investor asing terbesar ke-3 di Tanah Air.

Isu TKA asal Cina menjadi perbincangan publik secara besar-besaran pada tahun lalu. Sampai-sampai Presiden Joko Widodo harus mengklarifikasi isu yang menyebutkan ada jutaan TKA asal Negeri Tirai Bambu itu. Menurut Presiden, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), jumlah TKA asal Cina hanya 21 ribu orang. Jumlah itu lebih kecil dibandingkan TKI di Malaysia (2 juta orang) dan di Hong Kong (153 ribu orang).

Presiden mengakui, pemerintah memiliki target mendatangkan 10 juta wisman asal Cina. Namun, dia menyayangkan ada pihak-pihak yang memelintir hal ini. Menurut Presiden, secara logika, tidak mungkin banyak TKA Cina yang mau bekerja di Tanah Air karena gaji di negara itu lebih baik dibandingkan di Indonesia.

Selalu terbanyak

Kemenaker menyatakan, jumlah TKA Cina yang bekerja di Indonesia mencapai 27.211 orang (data per September 2017). Jumlah tersebut merupakan yang terbesar, disusul kemudian TKA Jepang yang berada pada posisi kedua dengan jumlah 16.116 orang.

"Jumlah tenaga kerja asing yang berasal dari Cina yang bekerja di Indonesia memang selalu paling banyak setiap tahunnya," ujar Kepala Subdirektorat Analisis dan Perizinan Tenaga Kerja Asing Kemenaker Yanti Nurhayanti Ningsih.

Ia menjelaskan, jumlah TKA Cina mengalami lonjakan yang signifikan pada 2016. Tercatat, jumlah TKA Cina meningkat sebanyak 3.756 orang, dari 17.515 orang pada 2015, menjadi 21.271 orang. "TKA Cina itu bekerja di berbagai sektor, tapi tidak ada yang menjadi buruh kasar ya. Jabatan terendah yang kita berikan itu advisor," kata Yanti.

Direktur Pengendalian Tenaga Kerja Asing Kemnaker Wisnu Pramono menyatakan, meski TKA asal Cina di Indonesia paling tinggi, jumlah tersebut masih terbilang wajar. Sebab, investasi Cina di Indonesia cukup besar pada sektor infrastruktur.

"Lain halnya dengan Bangladesh yang bukan negara PMA misal. Itu justru dipertanyakan," ujar Wisnu.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat pada 2016, realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dari Cina ke Indonesia mencapai 2,665 miliar dolar AS untuk 1.734 proyek. Jumlah ini meningkat dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat hanya 628,34 juta dolar AS (1.052 proyek). Pada kurun waktu Januari hingga Juli 2017, perusahaan asal Cina yang mengajukan rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) paling banyak dari sektor konstruksi, pembangunan //smelter//, dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Selain itu, menurut Wisnu, mayoritas TKA Cina mereka bekerja paling lama enam bulan khususnya untuk keperluan pemasangan mesin (praproduksi). Karena itu, dia mengimbau, agar tidak melihat fenomena tingginya angka TKA Cina di Indonesia hanya dalam jangka pendek, tapi untuk jangka panjang juga.

"Nantikan setelah produksi, akan menyerap banyak tenaga kerja dari Indonesia," kata Wisnu.

(Gumanti Awaliyah, Pengolah: Muhammad Iqbal).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement