Ahad 10 Dec 2017 18:04 WIB

Menhan Israel Serukan Boikot Produk Arab

Rep: Crystal LiestiaPurnama/ Red: Elba Damhuri
Aparat polisi Israel mengusir warga Palestina di 'Gerbang Damaskus' Kompleks Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Palestina, Jumat (8/12)
Foto: Ariel Schalit/AP
Aparat polisi Israel mengusir warga Palestina di 'Gerbang Damaskus' Kompleks Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Palestina, Jumat (8/12)

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman menyerukan pada Ahad (10/12) waktu setempat untuk memboikot bisnis Arab. Ini menyusul adanya penduduk Arab di sebuah desa di kawasan (pendudukannya) turut serta turun ke jalan untuk berdemonstrasi terhadap pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Pemimpin partai nasionalis Yisrael Beiteinu mengatakan bahwa orang-orang Arab Wadi Ara di Israel utara bukan bagian dari mereka. Sehingga seharusnya orang-orang Yahudi Israel tidak lagi mengunjungi desa mereka dan membeli produk mereka.

"Orang-orang ini bukan warga negara Israel. Mereka tidak memiliki hubungan dengan negara ini. Selain itu saya akan menyerukan kepada semua warga Israel untuk berhenti pergi ke toko mereka, berhenti berbelanja, berhenti mendapatkan layanan, ini boikot terhadap Wadi Ara. Mereka perlu merasa bahwa mereka tidak diterima di sini," kata Lieberman kepada Radio Angkatan Darat Israel.

Lieberman telah lama meminta Wadi Ara untuk dimasukkan dalam usulan pertukaran lahan dan penduduknya sebagai bagian dari kesepakatan damai masa depan dengan Palestina. Warga tersebut seperti minoritas Arab Israel, bersimpati dengan orang-orang Palestina di Tepi Barat.

Kepala anggota parlemen Gabungan Arab Ayman Odeh berpendapat seruan Lieberman untuk memboikot oang-orang Arab mengingatkan pada rezim terburuk dalam sejarah. Sedangkan Menteri Keamanan Publik yang berasal dari Partai Likud yang berkuasa, Gilad Erdan, mengatakan bahwa rencana diplomatik Liebermaan tidak berlaku dan dia menolak gagasan untuk menyerahkan kedaulatan negara hanya karena mereka memiliki kewarganegaraan Arab.

Status Yerusalem terletak pada inti konflik Israel-Palestina, dan langkah Trump secara luas dianggap memihak Israel. Bakan krisis kecil di Yerusalem dan status tempat-tempat suci di Kota Tua tersebut telah memicu pertumpahan darah yang mematikan di masa lalu.

Ratusan orang Arab Israel melakukan aksi demonstrasi di jalan utama di Israel utara, di mana pendemo bertopeng melemparkan batu ke bus dan kendaraan polisi. Tiga orang Israel terluka dan beberapa kendaraan rusak.

Empat warga Palestina tewas di Gaza dalam serangan udara dari Israel setelah tembakan roket di sana dan bentrokan di sepanjang perbatasan. Namun secara keseluruhan, aksi demonstrasi yang berlangsung selama tiga hari itu relatif aman dan damai, di tengah kekhawatiran bahwa mereka dapat memicu pemberontakan Palestina yang keras lainnya.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement