REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Paus Koptik Mesir membatalkan pertemuannya dengan Wakil Presiden Amerika Serikat(AS) Mike Pence sebagai bentuk protes terhadap Washington karena telah mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dalam sebuah pernyataan, Gereja Orthodoks Koptik Mesir menyebutkan bahwa pihaknya tidak akan menyambut Pence yang dijadwalkan akan berkunjung ke Mesir pada 20 Desember. Paus Tawadros II juga menambahkan bahwa keputusan Presiden Donald Trump tidak memperhitungkan perasaan jutaan orang Arab.
Dilansir di Premier Christian Radio online, Ahad (10/12), bahwa langkah Paus Tawadros II tersebut dilakukan setelah Palestina juga mengatakan Mike Pence tidak lagi diterima di wilayah tersebut. ketegangan meningkat sejak Trump mengumumkan bahwa kedutaan AS di Israel akan dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Sementara itu Hamas telah mengklaim dua orang yang tewas setelah pesawat tempur Israelmenyerang sasaran militer di Gaza. Israel mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan tanggapan terhadap serangan roketselama tiga hari oleh Palestina.
Liga Arab menyebutkan bahwa keputusan Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah pelanggaran berbahaya terhadap hukum internasional. Para menteri luar negeri dari negara anggota organisasi tersebut mendesak AS untuk mencabut langkah tersebut. Mereka juga mengatakan akan mencari resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menolaknya.
Gelombang protes datang dari dunia Muslim. Salah satunya di Jakarta, Indonesia, di mana 10 ribu orang berkumpul di depan kedutaan besar AS untuk mendukung warga Palestina dan mengecam keputusan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Para pengunjuk rasa membawa spanduk yang bertuliskan "Kedubes AS, keluar dari Al Quds", "Bebaskaan Yerusalem dan Warga Palestina", dan "Kami Bersama Orang-Orang Palestina". Al Quds adalah nama Arab untuk Yerusalem.
Bahkan di Beirut,Lebanon, aksi unjuk rasa di dekat kedutaan besar AS diwarnai dengan bentrokan dengan pasukan keamanan. Alhasil, pasukan keamanan menembakkan gas air mata danmeriam air ke arah pengunjuk rasa untuk memaksa mereka agar tidak mengibarkan bendera.
Pasukan keamanan tersebut juga memasang barikade di jalan utama menuju kompleks kedutaan besar di distrik Awkar, di utara Beirut.