Jumat 22 Dec 2017 08:54 WIB

Pengamat: Islam Bukan Antitesa Barat

Kelompok Muslim Amerika Serikat mengampanyekan anti Islamofobia
Foto: world bulletin
Kelompok Muslim Amerika Serikat mengampanyekan anti Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN— Islam bukanlah antitesa Barat meski kenaikan populasi Muslim di kawasan Barat sangatlah signifikan. Pernyataan ini disampaikan oleh pengamat asal Jerman Loay Mudhoon, menyikapi hasil riset Pew Research Center yang berbasis di Washington belum lama ini. Riset tersebut menyatakan bahwa jumlah Muslim Eropa akan meningkat. 

“Tapi ini bukan alasan untuk menyulut momok Islamisasi Barat, kata Loay Mudhoon,” kata Mudhoon seperti dilansir Qantara.de, Jumat (22/12). 

 Menurut Mudhoon, ada banyak hal yang dilupakan sejumlah media besar menyikapi hasil kajian Pew Research tersebut. Media-media besar Jerman dengan secara dramatis menampilkan headline di media mereka dengan judul bombastis seperti "Jumlah Muslim di Eropa akan Meningkat Secara Signifikan" dan "Eropa Menjadi Lebih Muslim".  

Diakui, kata dia, pemberitaan tanpa disertai analisa kritis tersebut memang bisa menimbulkan gejolak dan keresahan di masyarakat. Hal ini pun mendapat afirmasi dari kelompok sayap kanan dan Islamofobia di Jerman dan Barat secara keseluruhan.  

Namun setelah diamati lebih dekat, kata dia, dengan cepat menjadi jelas bahwa hasil penelitian tersebut tidak serta merta memberikan dasar yang baik untuk merumuskan prediksi yang dapat diandalkan tentang perkembangan populasi aktual di negara-negara Barat.  

“Hal ini karena studi tersebut secara tegas menghipotesiskan hipotesa berdasarkan kondisi ekstrem. Dalam beberapa dekade terakhir, pernyataan yang benar mengenai pergerakan migrasi global ternyata sangat keliru,” kata dia.

Mudhoon mengatakan tak ada yang perlu dikhawatirkan dari pergerakan populasi itu. Ini karena di sisi lain fakta menyebutkan 80 persen Muslim di Eropa berpaham sekuler. Komunitas Muslim  berpandangan sebagai warga di negara konstitusional yang pluralis, mereka beranggapan urusan agama adalah wilayah privat mereka sendiri.    

“Tidak ada tempat di dunia ini Muslim membentuk blok monolitik. Perilaku mereka tidak didefinisikan oleh agama saja,” tutur dia.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement