REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang mencatat telah menyalurkan pupuk bersubsidi sebanyak 1,3 juta ton urea sepanjang 2017 atau sesuai dengan alokasi yang ditetapkan pemerintah. Direktur Utama PT Pusri Palembang Mulyono Prawiro mengatakan penyaluran pupuk bersubsidi itu tersebar di seluruh wilayah pemasaran perusahaan meliputi Sumsel, Jambi, Lampung, Kalimantan dan Jawa Tengah.
"Di Sumsel, penyaluran urea mencapai 170.000 ton di mana banyak terserap di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur yang merupakan sentra pertanian padi," kata Mulyono, Kamis (28/12).
Ia menambahkan perusahaan juga telah menyalurkan pupuk NPK untuk mendukung pertanian di Tanah Air. Bahkan realisasi penyaluran tercatat telah melampaui alokasi karena tingginya permintaan pasar. "Awalnya alokasi NPK sebanyak 80.000 ton, namun ditambah 5.000 ton lagi sehingga realisasi mencapai 85 ribu ton," ujar dia.
Mulyono menambahkan selama 58 tahun PT Pusri Palembang telah memberikan kontribusi serta mendukung pemerintah dalam program ketahanan pangan. Menurutnya, di pengujung tahun 2017 perusahaan juga telah merealisasikan salah satu proyek strategis, yakni pembangunan pabrik NPK Fusion II dengan kapasitas desain sebesar 2x100.000 ton per tahun.
Pusri sebelumnya sudah sukses membangun pabrik NPK Fusion I dengan menghasilkan 100 ton pupuk per tahun, kini Pusri membangun NPK Fusion II yang ditargetkan selesai pada 2019. Perusahaan plat merah ini membidik bisnis pupuk NPK karena penggunaan pupuk majemuk sedang tinggi permintaannya seiring dengan program ketahanan pangan pemerintah.
Selain itu, bisnis pupuk NPK ini seiring dengan visi misi perusahaan yang ingin menjadi pabrik pupuk berdaya saing tinggi dan berkelanjutan. Seperti diketahui, pabrik yang dibangun ini berdekatan dengan pabrik Pusri 2B menggunakan tenologi terkini.
Pusri juga harus melihat peluang perluasan pasar mengingat produk NPK ini dapat juga digunakan pekebunan sawit dan karet karena pada 2021 diperkirakan Pupuk Indonesia akan memproduksi sekitar 6 juta ton NPK. Sementara saat ini baru mencapai 3,4 juta ton.