REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidayah bisa datang dari pernikahan. Karena itu, penting setiap pasangan membina pasangannya mendalami ajaran islam.
"Persoalannya, ketika suami mualaf, lalu yang membimbingnya siapa. Istri tentu memiliki kewajiban itu, pertanyaan yang muncul sejauh mana tingkat pengetahuan keagamaannya," kata Pemerhati Mualaf, Alisya Fianne, saat berbincang dengan Republika.co.id, Rabu (24/1).
Direktur Al Isya Britama ini menjelaskan, karena latar itulah pentingnya dilakukan pembinaan atau pendamping. Pembinaan dilakukan guna memantapkan hidayah yang sudah datang. "Harapannya yang bersangkutan dapat menjadi Muslim secara utuh," kata dia.
Dijelaskan pendiri Gerakan Al Isya Nurul Baqi ini, kunci dari ketahanan akidah berasal dari keluarga. Melihat dari posisinya ini, tentu pembinaan di kalangan pasangan menjadi penting.
"Penting lho, nanti bagaimana bicara soal pendidikan anak. Lalu, bagaimana mendidik istri. bagaimana menanamkan akidah anak," kata dia yang pernah menjadi Wakil Ketua Paguyuban Mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa ini.'
Untuk itu, Alisya berharap ada perhatian khusus soal ini. Ia pun teringat ketika memeluk Islam Setelah masuk Islam, Alisya mulai belajar shalat dan surat-surat Quran untuk bacaan shalat.
Saat itu, Alisya secara perlahan dibimbing untuk membaca Alfatihah saja atau Allahuakbar, Allahuakbar. Di awal ia mengaku kadang ia melaksanakan shalat selalu lebih cepat dari saudara-saudaranya yang lain.
Ia pun mengakali itu dengan membuat tulisan bacaan surat lalu ditempelkan di dinding. Saat saudara-saudara semuslim lain bertanya apakah dirinya mualaf, Alisya mengaku terharu. Pasalnya, mereka berkata agar tidak merasa berat dalam mengerjakan shalat.
"Itu yang membuat saya merasa didukung. Saya terharu. Dukungan inilah yang dibutuhkan," kata dia.
(Baca: Menjadi Mualaf tak Sekadar Syahadat)