Rabu 31 Jan 2018 06:15 WIB

Kilang Bontang Prioritaskan Produksi Bensin dan Aftur

Konsumsi bensin dan aftur dalam negeri masih terbuka untuk tumbuh.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang (kiri) dan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risisko Pertamina Gigih Prakoso memberikan keterangan kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/1).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang (kiri) dan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risisko Pertamina Gigih Prakoso memberikan keterangan kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kilang Bontang yang akan dikelola Pertamina bersama konsorium mitra difokuskan untuk menghasilkan produk BBM dan aftur dengan berusaha meminimalkan diesel. Kelebihan diesel akan dijual menggunakan mekanisme penjualan bersama konsorsium.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ardhy N Mokobombang menjelaskan, alokasi produk bahan bakar kilang Bontang belum ditetapkan dan masih akan melihat kondisi saat kilang beroperasi plus kilang-kilang lain. Tapi Pertamina memprediksi, konsumsi bensin dan aftur dalam negeri masih terbuka untuk tumbuh meski diesel kemungkinan ada ekses.

Pertamina sendiri ingin meminimalkan produksi diesel bersama mitra agar sesuai kebutuhan dalam negeri. Bila tidak, Pertamina akan dikenai kewajiban mengeskpor.

Proporsi bensin akan lebih banyak dibanding aftur karena kebutuhannya lebih banyak. ''Kami akan prioritaskan kebutuhan nasional. Penyerapan dalam negeri akan dioptimalkan dibanding ekpor,'' kata Ardhy dalam konferensi pers di Kantor Pertamina, Jakarta, Selasa (30/1).

Kapasitas kilang Bontang sementara didesain untuk mengolah 300 ribu barel minyak per hari. Konfigurasi produksi nanti akan bahas juga dengan mitra sesuai minyak mentah yang dipasok le sana.

Untuk pemasaran di dalam negeri, kemungkinan akan memakai jaringan Pertamina. Akan ada kesepakatan jual beli (SPA) terkait hal itu melalui pemasaran bersama (joint marketing).

''Tapi ini beda dengan offtake agreement sehingga tidak semua produk akan kami ambil. Kami akan menyesuaikan dengan permintaan nasional. Untuk luar negeri, kami serahakn pada konsorsium untuk memasarkan,'' tutur Ardhy.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) Gigih Prakoso mengatakan, dalam konteks pemasaran bersama, Pertamina dan konsorsium mitra akan buat unit bisnis bersama untuk memasarkan produk. Berbeda dengan offtake, begitu produk jadi, tiap pihak bisa mengambil sesuai pangsa dan boleh memasarkan sendiri.

Dalam, pemasaran bersama, unit bisnis yang akan memasarkan. ''Tapi kalau ada peningkatan permintaan dalam negeri, kami juga minta hak menambah volume. Jadi kami beli apa yg kami butuhkan,'' kata Gigih.

Dengan begitu, fokus pemasaran produk kilang Bontang tetap ke dalam negeri. Jika ada kelebihan, baru diekspor.

Setelah seleksi panjang, PT Pertamina (Persero) menetapkan mitra untuk membangun kilang di Bontang. Yakni perusahaan minyak Overseas Oil and Gas LLC (OOG) asal Oman yang menggandeng perusahaan perdagangan minyak Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) yang merupakan unit bisnis Cosmo Energy Group asal Jepang.

Proyek senilai 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp 130 triliun diharapkan dapat beroperasi efektif mulai 2025 mendatang. Rentang kerja sama biasanya selama 30 tahun dengan kesempatan perpanjangan 20 tahun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement