Rabu 07 Feb 2018 19:18 WIB

Jagung Impor Berpotensi Ditambah Jumlahnya

Impor jagung untuk memenuhi kebutuhan industri pangan.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Petani memetik jagung hibrida Supra-1 pada panen perdana, Desa Klambir V, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (4/3).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Petani memetik jagung hibrida Supra-1 pada panen perdana, Desa Klambir V, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) tidak menutup potensi tambahan impor jagung. Sebelumnya, impor jagung untuk industri disetujui Kemendag sebesar 171.660 ton untuk lima perusahaan.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, jagung tersebut diperuntukkan bagi lima perusahaan yakni Tereos, Miwon, Indofood, Nutrifood, dan Sinar Unigrain. Jumlah impor tersebut dibagi tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan. Ia pun tidak membantah potensi penambahan ekspor.

"Ya nggak tahu, selama tugas saya kan meningkatkan ekspor. Kalau bahan baku nggak ada mau didiemin hanya karena itu?" ujar dia, Rabu (7/2).

Jagung tersebut biasanya digunakan sebagai bahan baku olahan, misalnya gula bagi penderita diabetes.

Oke menambahkan, pihaknya mengeluarkan izin impor jagung melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 Tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Jagung selama setahun hingga 31 Desember 2018. Sebelumnya, izin impor dikeluarkan per kuartal untuk lima perusahaan tersebut. Namun, kini kebijakan dibuat lebih fleksibel untuk memudahkan pergerakan industri. "Mudah-mudahan lebih cepet pertumbuhannya. Kalau mau untuk ekspor minta lagi, kasih saja menurut saya," ujar dia.

Impor dilakukan karena Indonesia dinilai belum mampu memproduksi jenis jagung tersebut. Hal itu diakui Oke bukan menjadi masalah selama ada pengawasan untuk memastikan jagung impor tidak bocor sebagai pakan.

Ia menegaskan, pihaknya tidak memberi izin impor bagi industri pakan agar mereka menyerap jagung petani. "Kalau ini kan pangan, nggak masalah," ujar dia.

Baca juga: Mendag Sebut Impor Jagung Bukan untuk Pakan Ternak

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement