REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pebulu tangkis spesialis ganda campuran Liliyana Natsir akan fokus berbisnis selepas pensiun dari dunia bulu tangkis yang membesarkan namanya baik nasional maupun internasional tersebut. Liliyana berencana pensiun tahun depan.
"Awal tahun depan, setelah melewati Asian Games juga, saya berencana pensiun, karena sudah 33 tahun 'kan dan selepas itu mungkin fokus bisnis," kata Liliyana saat ditemui di Green Pramuka City, Jakarta, Ahad (26/2).
Bisnis yang akan difokuskan oleh pemain sarat prestasi tersebut adalah bisnis properti dan refleksi yang telah dirintis olehnya selama beberapa tahun ke belakang. Untuk bisnis refleksi, dirinya sudah membuka bisnis tersebut sejak 2016 di Gading Serpong, Tangerang, dengan label Nine Family Reflexology dan berencana akan membuka cabang di Mal Green Pramuka Square.
"Pada dasarnya saya memang senang refleksi, dari dahulu jadi atlet 'kan sering dipijat. Jadi, saya tahu seperti apa pijatan yang enak dan membuat tubuh kita jadi segar," katanya.
Karena itu, dia terjun langsung dalam memilih terapis. Rencananya dia akan membuka lagi cabang di Green Pramuka. "Sekarang saya lagi survei juga," ujar peraih emas Rio de Janeiro tersebut.
Untuk bisnis properti, dia memiliki minat setelah berkonsultasi dengan paman dan teman-temannya yang sudah berbisnis properti terlebih dahulu. Berbekal sharing pengalaman tersebut, Liliyana akhirnya terjun pada tahun 2014 dengan membangun cluster perumahan seharga berkisar Rp 500 juta hingga Rp 600 juta sebanyak dua kompleks kecil.
Dengan jumlah satu kompleks berkisar 14 sampai 15 rumah dengan ukuran tipe 48 untuk tanah 80 meter persegi. "Dua kompleks tersebut ada di Bekasi, daerah Kranggan, satu namanya Bale Sampurna, satu lagi namanya Bale Jati Raden. Lokasinya di timur Jakarta karena harga tanah di sana masih murah dan daerahnya masih mudah diakses," ucap tandem main Tontowi Ahmad tersebut.
Saat ini, Liliyana sedang membangun proyek propertinya yang ketiga denga lokasi yang sama-sama di Kota Bekasi. Namun, dengan harga di atas proyek pertama dan kedua, yakni Rp 1 miliar. Proyek yang rencananya akan diberi nama Royal Hankam ini, menurut Liliyana, memiliki harga lumayan tinggi karena aksesnya lebih mudah dari proyek sebelumnya, dengan berjarak 2 kilometer dari akses tol.
"Karena harganya tinggi, saat ini saya bangun rumah contoh dahulu agar pemesan bisa lebih yakin," ucapnya.
Ketika ditanya apa yang menjadi alasan dirinya terjun di dunia properti ketika mantan pebulu tangkis lain memilih tidak lepas dari olahraga tepok bulu angsa seperti menjadi pelatih atau pemilik gedung olahraga bulu tangkis, Liliyana menyebut dia tidak berpikiran untuk kedua alternatif tersebut. "Kalau jadi pelatih saya belum tentu mampu meskipun dibilang orang saya pemain hebat, tapi ngelatih itu beda. Sementara untuk GOR, saya lihat agak kurang menjanjikan untuk balik modal cepat. Oleh karena itu, saya pilih properti ini sebagai tabungan masa depan saya," ucapnya.
Selain itu, Liliyana juga kini sedang menjajaki pembangunan proyeknya yang keempat dengan lokasi yang tidak jauh dari proyek pertama hingga ketiga dengan konsumen sasaran masyarakat menengah. "Kalau tanah sudah deal, saya mau berjalan proyek keempat, maunya harganya di kisaran Rp 375 juta hingga Rp 400 juta," katanya.
Ia melanjutkan, "Saya inginnya di situ memang karena 'kan masyarakat akan lebih mudah mengambil kredit perumahan rakyat (KPR)."
Namun, meskipun harganya di bawah proyek-proyek sebelumnya, dia inginnya pekerjaan rapih, bertanggung jawab, sesuai dengan spesifikasi karena bawa namanya. "Saya juga inginnya terlibat dalam desainnya. Namun, belum mampu Mas. Mudah-mudahan terealisasi nanti," kata Liliyana.