REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bandung mengimbau kepada seluruh ulama dan ustaz untuk tetap waspada terkait maraknya kasus penganiayaan terhadap ulama dan ustaz beberapa waktu lalu. Meski terdapat kekhawatiran, namun jaminan aparat kepolisian yang menjaga keamanan membuat lebih tenang.
"Waspada harus, apapun bisa terjadi. Jangan sampai resah dan gelisah sehingga meninggalkan tugas," ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bandung, Yayan Hasuna Hudaya kepada wartawan di Gedung Sabilulungan, Polres Bandung, Senin (5/3).
Dia mengatakan, para ulama dan ustaz awalnya khawatir dan resah terhadap kasus-kasus penganiayaan terhadap ulama dan ustaz. Namun, adanya jaminan dari aparat kepolisian yang memastikan keamanan ulama dan ustaz, pihaknya merasa lega dan tenang.
"Alhamdulillah tidak ada kejadian kembali (penganiayaan terhadap ustaz di Kabupaten Bandung)," ungkapnya. Katanya, berita-berita hoaks yang beredar di media sosial sudah ditangani oleh aparat kepolisian. Pihaknya sejauh ini belum menerima laporan dari masyarakat terkait adanya kasus-kasus yang menimpa ulama dan ustaz.
Sebelumnya, Kapolres Bandung, AKBP M Nazly Harahap mengajak seluruh ulama, ketua Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM), Dewan Mesjid Indonesia (DMI), Dai Kamtibmas dan marbot di Kabupaten Bandung untuk melawan dan menangkal berita-berita hoaks yang beredar di masyarakat melalui media sosial.
"Mari bersama-sama menjaga situasi agar tetap kondusif. Jangan percaya dengan berita bohong alias hoaks," ujarnya kepada wartawan seusai acara silaturahmi bersama Ketua DKM, Marbot dan Dai Kamtibmas di Gedung Sabilulungan, Polres Bandung, Senin (5/3).
Dia menuturkan, saat ini, banyak beredar di media sosial berita-berita hoaks. Pihaknya yang saat ini memiliki keterbatasan personil mengajak seluruh ulama, dai dan marbot untuk ikut membantu polisi menangkal berita hoaks. "Saat ini Mabes Polri tengah mencari otak dibalik beredarnya berita hoaks," katanya.