REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tang-ting-tung… tang-ting-tung… dentingan logam bersahutan terdengar dari balik tembok sebuah bangunan sederhana. Dari sebuah rumah yang yerletak di jalan Pancasan, Bogor, Jawa Barat suara denting logam itu bersumber. Pengrajin gong dan gamlan lain ini terlah berdiri sejak zaman kolonial Belanda dan bertahan hingga kini.
Kini usaha pembuatan gong tersebut telah diturunkan kepada Krisna Hidayat sebagai generasi ke tujuh. Krisna menghadapi beban berat untuk mempertahankan warisan leluhurnya di era digital. Zaman yang serba modern dan alat-alat tradisional mulai ditinggalkan. Walaupun demikian Krisna tidak pernah menyerah untuk terus mempertahankan warisan leluhurnya.
Sedikitnya ada sekitar 14 pekerja tetap bekerja di pabrik gong ini, yang mulai bekerja antara Jam 08.00- 15.00. Seperti pemilik, beberapa pekerja yang ada di sini juga merupakan keturunan dari pekerja di tempat yang sama selama beberapa generasi.
Mereka bersama-sama menempa bahan gong campuran dari timah murni dan tembaga di bawah satu komandi. Hawa panas dari tanur menyelimuti seluruh ruangan. Namun itu tidak menyurutkan semangat mereka. Membuat alat gamelan dengan cara dan perlatan yang sama yang dilakukan oleh leluhur mereka.