Ahad 25 Mar 2018 16:25 WIB

Darul Fattah: Islam Agama Perdamaian Perekat Bangsa

Dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia juga melalui sosio kultural dan budaya.

Halaqoh Nasional Kebangsaan Darul Fattah mengangkat tema “Mari Pererat Ukhuwah Untuk Perkuat Negara Bangsa
Halaqoh Nasional Kebangsaan Darul Fattah mengangkat tema “Mari Pererat Ukhuwah Untuk Perkuat Negara Bangsa".

REPUBLIKA.CO.ID,MAGETAN -- Aksi kekerasan atas nama agama masih menjadi ancaman bagi masyarakat dan Negara. Bahkan, aksi teror yang dilancarkan kelompok ekstrimis dan radikal berlandaskan pada pemahaman teks agama Islam yang sempit. 

 

Hal itu disampaikan Direktur Lembaga Kajian Islam Darul Fattah Ustaz Achmad Solechan dalam Halaqoh Nasional Kebangsaan. Dalam kesempatan tersebut mengangkat tema “Mari Pererat Ukhuwah Untuk Perkuat Negara Bangsa". 

 

Dengan menghadirkan narasumber Prof Masdar Hilmy (wakil direktur Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya), Imdadun Rahmat (peneliti Darul Fattah) dan Dr. Abdul Ghofur (pengasuh Ma’had Al-Anwar).

 

Achmad Solechan menuturkan, saat ini yang diperlukan adalah menggencarkan pemahaman bahwa Islam adalah agama perdamaian. Sebab, agama Islam sendiri telah mewarnai Bangsa ini dalam merebut kemerdekaan dan menjaga keutuhan NKRI.

 

"Potret hari ini bangsa kita sedang mengalami krisis identitas, kalau tidak di manaje bisa membahayakan Negara. Agama dipakai untuk kepentingan politik sesaat, pribadi, pragmatis, pemecah belah dan adu domba. Belum lagi, adanya medsos dengan gencarnya adanya ujaran kebencian turut serta memperpanjang dan menyebar hoax. Padahal, Islam agama damai yang mengedepankan akhlakul karimah. Mari kita perkuat ukhuwah Islamiyah dan Wathoniyah untuk keutuhan NKRI," ujarnya di hadapan peserta dari perwakilan alim ulama, tokoh masyarakat dan pemuda di Aula PPI Magetan, Jawa Timur seperti dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (24/3).

 

Peneliti Lembaga Kajian Islam Darul Fattah Imdadun Rahmat mengatakan berbicara tentang Islam damai di Indonesia bukan tanpa alasan. Sebab, Indonesia merupakan ladang yang empuk bagi perkembangan Islam radikal. 

 

Menurut Imdadun, merekamereka mel aksi kekerasan dengan mengatasnamakan agama Islam. "Bahkan, trend sepuluh tahun terakhir intoleran atau tindak kekerasan yang mengatasnakan agama Islam cenderung nak. Tentunya, kondisi ini berlawanan dengan ajaran Islam,"jelasnya.

Imdadun menambahkan, dalam sejarah bangsa Indonesia juga pernah mengalami masa kelompok yang ingin mendirikan Negara Islam seperti DI TII dan lainnya. Sedangkan, gerakan dari luar Negeri yang berasal dari Timur Tengah.

 

"ISIS, Al-Qaida masuk ke Indonesia sudah bermetamorfosis menjadi MMI, JI dan lainnya. Padahal, bangsa Indonesia sendiri mengenal dengan Islam Rahmatan Lil Alamin. Yaitu: Islam yang damai akan terus hidup lestari hingga akhir zaman,"kata mantan anggota Kommas HAM ini.

 

Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Masdar Hilmy menuturkan Islam damai terdapat dalam teks Al-Qur'an dan Hadits. Menurutnya, banyak ayat maupun hadis yang mengajarkan cinta kasih, perdamaian, memaafkan, rekonsiliasi dan lainnya.

 

"Islam bukanlah agama pedang dan perang. Dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia juga melalui sosio kultural dan budaya. Sehingga, Islam yang ada di Indonesia bercirikan dengan kedamaian dan keramahan,"tuturnya. 

 

Hal senada diutarakan Pengasuh Ma’had Al-Anwar Abdul Ghofur mengungkapkan bahwa dalam sejarah Nabi Muhammad sangat toleran dan penuh kasih sayang dalam menjalankan dakwahnya.

 

Bahkan, lanjutnya, pada masa khalifah Umar saat memasuki Al-Quds di Palestina juga dalam hubungan dengan non muslim sangat baik. Pasalnya, membiarkan orang kristiani untuk membangun kembali gerejanya.

 

"Islam yang damai itu tidak hanya berlaku pada sesama muslim saja. Tapi juga, pada semuanya seperti memberikan kedamaian dan kenyamanan saat menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Perlu diketahui, bahwa perbedaan adalah rahmat," ujarnya.

Dalam acara tersebut sedikitnya 200 orang hadir. Di antaranya, Ketua MUI Magetan KH Sofwan, Ketua NU Magetan KH Mansyur, tokoh masyarakat, perwakilan dari organisasi pemuda seperti Kokam, PMII, IPNU, IPPNU, dan lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement