Rabu 28 Mar 2018 02:00 WIB

Kampus Australia Lalai Abaikan Mumi Langka

Sisa mumi yang ada di dalam peti itu mayat seorang perempuan bernama Mer-Neith-it-es.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Agus Yulianto
Mumi Putri Mesir diperiksa dengan menggunakan komputerisasi (Ilustrasi)
Foto: www.bbc.co.uk
Mumi Putri Mesir diperiksa dengan menggunakan komputerisasi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Akademisi Australia baru menguak misteri mumi yang berusia 2.500 tahun. Sebelumnya, mereka mengabaikan sebuah peti mati berharga itu sebab dianggap tidak akan memberikan hasil apapun.

University of Sydney mendapatkan sebuah peti mati yang diduga berusia 150 tahun lalu. Mereka menduga peti tersebut tidak berisi apa-apa. Dugaan itu membuat akademisi di sana mengabaikan peti mati tersebut.

Baru akhir tahun lalu, akademisi University ofSydney mengetahui jika peti mati itu penting. Hal itu bisa terjadi, sebab seorang anggota akademisi baru secara kebetulan membuka peti mati dan menemukan terdapat mumi yang sudah sangat tua.

"Kita bisa mulai mengajukan beberapa pertanyaan inti bahwa tulang-tulang itu akan menahan patologi, tentang diet, tentang penyakit, tentang gaya hidup orang itu, bagaimana mereka hidup dan mati," kata Jamie Fraser, kurator senior di Museum Nicholson di Universityof Sydney, dikutip dari Reuters, Rabu (28/3).

Dengan kesempatan mendapatkan mumi yang sudah tidak utuh, membuat akademisi dapat meneliti dan menguji mayat yang ditemukan. Biasanya, mumi yang ada akan dibiarkan untuh dan membatasi manfaat ilmiah yang bisa digali.

Fraser menyatakan, hieroglif menunjukkan, jika sisa mumi yang ada di dalam peti itu mayat seorang perempuan bernama Mer-Neith-it-es. Akademisi percaya adalah pendeta tinggi pada 600 SM, terakhir kali Mesir diperintah oleh penduduk asli Mesir.

"Kami tahu dari hieroglif bahwa Mer-Neith-it-es bekerja di Kuil Sekhmet, dewi berkepala singa. Ada beberapa petunjuk dalam hieroglif dan cara mumifikasi telah dilakukan dan gaya peti mati yang memberitahu kita tentang bagaimana Kuil Sekhmet ini mungkin berhasil," kata Fraser.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement