Jumat 06 Apr 2018 06:25 WIB

Duterte Sebut Terjadi Pemusnahan Rohingya

Ia bersedia menerima pengungsi Rohingya yang lari dari kekejian itu.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Foto: Reuters
Presiden Filipina Rodrigo Duterte

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Kamis (5/4) menyatakan pemusnahan terjadi di Myanmar. Ia bersedia menerima pengungsi Rohingya yang lari dari kekejian itu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok hak asasi menyatakan sekitar 700 ribu warga Rohingya lari dari Myanmar ke Bangladesh sejak Agustus tahun lalu. Mereka lari sesudah serangan gerilyawan Rohingya terhadap pasukan keamanan memicu penumpasan oleh tentara.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa negara Barat menyatakan tindakan Myanmar itu adalah pembersihan etnis, tapi Myanmar menolaknya. Myanmar mengatakan pasukan keamanannya melakukan tindakan sah terhadap 'teroris'.

Duterte, dalam pidato luas kepada petani dan pejabat pertanian di istana presiden, menyentuh berbagai masalah, termasuk keputusannya baru-baru ini menarik diri dari Mahkamah Pidana Antarbangsa, yang memutuskan membuka penyelidikan awal dalam perang berdarahnya melawan narkotika. Dengan mengundang kemarahan pejabat di Myanmar, Duterte menyatakan belarasa kepada Rohingya dan menawarkan bantuan.

"Saya betul-betul mengasihani orang di sana. Saya bersedia menerima pengungsi. Rohingya, ya. Saya akan bantu tapi kita harus membaginya dengan Eropa," kata Duterte.

Ia juga menyebutkan ketidakmampuan masyarakat dunia menyelesaikan masalah di Myanmar. "Mereka bahkan tidak bisa memecahkan masalah Rohingya. Itu adalah pemunahan, jika saya boleh mengatakan demikian," kata Duterte.

Myanmar menolak tuduhan pemusnahan sedang terjadi dan juru bicara pemerintahnya, Zaw Htay, menyatakan tanggapan Duterte tidak mencerminkan keadaan sebenarnya. "Ia tidak tahu apa-apa tentang Myanmar," kata Zaw Htay kepada Reuters, "Perilaku biasa orang itu adalah berbicara tanpa pengekangan. Itu mengapa ia mengatakannya."

Pernyataan Duterte disiarkan langsung di televisi dan kemudian dimasukkan dalam salinan pidatonya, yang dikeluarkan kantornya. Kecaman seperti itu oleh pemimpin Asia Tenggara terhadap tetangganya adalah kejadian langka.

Filipina dan Myanmar adalah anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara, yang sejak lama menjunjung tinggi kesepakatan menahan diri dari mengecam sesama anggota. Duterte tidak menyebut pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, yang banyak dikecam di luar negeri karena tidak bersikap untuk Rohingya, yang sebagian besar tanpa kewarganegaraan. Ia hanya mengatakan, "Wanita itu, ia teman saya."

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement