REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semasa hidupnya, Rasulullah SAW kerap melakukan perjalanan jauh. Semasa muda, beliau biasa melakukan ekspedisi untuk berniaga. Nabi Muhammad SAW pun harus menempuh perjalanan yang cukup jauh saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Demikian pun dalam berbagai kesempatan, Rasulullah SAW dan para sahabat harus menempuh perjalanan jauh demi syiar Islam.
Bepergian telah menjadi bagian keseharian umat ketika itu. Kegiatan itu kemudian dilakukan oleh ekspedisi tentara Muslim maupun umat pada umumnya, baik lewat jalan darat maupun laut. Selain syiar, perjalanan jauh biasanya dilakukan untuk beribadah, berdagang, atau bersilaturahim.
Pentingnya tujuan perjalanan jauh ini, yang kadang harus mengorbankan biaya, waktu, serta tenaga, tidak terlepas dari perhatian Rasulullah, yaitu dengan memberikan tuntunan etika dan adab ketika hendak, selama, maupun sepulang menempuh perjalanan jauh.
Dalam buku Rasulullah, Manusia Tanpa Cela, dijelaskan, apabila hendak pergi menuju tempat yang jauh, Rasulullah SAW selalu memilih hari Senin atau Kamis. Nabi SAW juga tidak pernah melewatkan shalat sunah sebelum memulai perjalanan, bahkan pernah beliau terpaksa harus shalat sunah di atas punggung untanya.
Selain itu, Rasulullah pun tidak lupa pula memanjatkan doa. Imam Baihaqi meriwayatkan dari Anas RA bahwa Nabi SAW tidak hendak melakukan perjalanan kecuali beliau berdoa ketika hendak beranjak dari duduknya.
''Ya Allah, hanya dengan pertolongan-Mu hamba mengembara, dan hanya kepada-Mu hamba meminta perlindungan.'' Demikian doa yang dipanjatkan Rasulullah SAW. Barulah setelah itu, beliau keluar memulai perjalanan jauhnya.
Diriwayatkan pula bahwa jika hendak naik ke atas unta, ketika meletakkan kakinya pada pijakan kaki atau sanggurdi, Rasulullah mengucapkan bismillah sebanyak tiga kali. Jika telah berada di atas unta, beliau mengucapkan alhamdulillah sebanyak tiga kali dan Allahu akbar sebanyak tiga kali.
Adapun menurut penjelasan Shaleh Ahmad asy-Syaami dalam buku Berakhlak dan Beradab Mulia, sepanjang perjalanan, Rasulullah juga tidak lepas dari berzikir dan berdoa. Nabi SAW dan para sahabat ketika melintasi sebuah jalan yang menanjak di pegunungan atau bukit, misalnya, akan mengumandangkan takbir. Lalu, ketika turun, mereka bertasbih, layaknya orang yang sedang shalat.
Waktu pemberangkatan pun penting diperhatikan. Rasulullah SAW membenci bepergian, apalagi dilakukan sendirian, pada malam hari. Sabda beliau, ''Seandainya manusia mengetahui keburukan ketika sendirian seperti yang aku ketahui maka tidak akan ada orang yang berjalan sendirian pada malam hari.'' (HR Bukhari).
Jika sudah datang dari perjalanan jauh, seperti tertera dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, hal pertama yang Rasulullah lakukan adalah menuju masjid, bila di Madinah adalah ke masjid beliau, untuk shalat dua rakaat. Setelah itu, barulah beliau menerima kedatangan para sahabat serta umat yang ingin mengucapkan selamat datang.
Kedatangan beliau dari perjalanan jauh biasanya berlangsung pada pagi hari. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Nabi SAW tidak suka mendatangi keluarganya bila datang dari perjalanan jauh pada malam hari, bahkan beliau melarang hal tersebut.
Diriwayatkan dari Anas RA bahwa Rasulullah tidak menemui keluarganya pada malam hari. Namun, beliau menemui mereka pada waktu pagi atau senja hari. (HR Bukhari dan Muslim).
Tak hanya itu, papar Shaleh Ahmad asy-Syaami, umat juga dianjurkan untuk mengantarkan orang yang hendak melakukan perjalanan jauh. Dahulu, ada seorang sahabat yang hendak bepergian maka Rasulullah mengucapkan doa kepadanya, ''Saya memohon kepada Allah agar menjaga agama, amanat, dan penutup amalmu.''
Begitu pun kepada orang-orang yang menyambut kedatangan beliau dari perjalanan jauh, Nabi SAW memberikan sambutan hangat dan pelukan. Kepada anggota keluarga yang menyambutnya, beliau tidak lupa memberikan ciuman hangat sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mempertemukan mereka kembali dalam keadaan sehat walafiat.