Rabu 25 Apr 2018 11:25 WIB

Rupiah Dibuka Menguat Tipis

Laju rupiah mencoba kembali berbalik menguat meski terbatas

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andi Nur Aminah
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pasar spot Rabu (25/4) dibuka menguat 8 poin atau 0,06 persen di level Rp 13.881 per dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya Rp 13.889 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, pada hari ini rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp 13.880 hingga Rp 13.889 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan kurs tengah JISDOR BI, rupiah pada Selasa (24/4), rupiah melemah enam poin atau 0,04 persen menjadi Rp 13.900 per dolar AS.

Analis Riset Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menilai pergerakan rupiah yang tertahan pelemahannya memberikan peluang positif pada laju rupiah lebih lanjut. "Hari ini rupiah diestimasikan akan bergerak pada kisaran support 13.888 dan resisten 13.878," ujar Reza dalam risetnya, Rabu (25/4).

Reza menjelaskan, pasca melemah, laju rupiah mencoba kembali berbalik menguat meski terbatas seiring masih adanya adanya imbas kenaikan laju dolar AS. Kembali menguatnya laju imbal hasil obligasi AS memberikan dorongan pada mata uang dolar AS seiring perkiraan akan dinaikannya tingkat suku bunga The Fed.

Akan tetapi, di tengah kenaikan dolar AS tersebut pergerakan euro mencoba mengimbanginya sehingga imbas kenaikan dolar AS tidak terlalu besar terhadap pergerakan euro. Begitu pun dengan pergerakan rupiah yang memanfaatkan kenaikan euro untuk dapat bergerak positif.

"Sementara itu, dari dalam negeri terdapat sejumlah sentimen positif antara lain langkah BI yang melakukan intervensi untuk mencegah pelemahan rupiah lebih lanjut," kata Reza.

Ia menilai pelemahan terbatas rupiah akan memberikan peluang positif pada laju rupiah lebih lanjut. Diharapkan pelemahan terbatas ini dapat kembali berlanjut sehingga rupiah dapat menemukan momentum kenaikannya kembali.  "Pelemahan yang kembali terjadi pada rupiah cenderung diakibatkan adanya imbas dari pergerakan mata uang dolar AS seiring efek psikologis yang ditimbulkan," kata Reza.

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah (IDR) sesuai fundamentalnya, BI telah melakukan intervensi baik di pasar valas maupun pasar SBN dalam jumlah cukup besar.

Dengan upaya tersebut, rupiah yang Jumat pekan lalu sempat terdepresiasi sebesar -0,70 persen, pada hari Senin hanya melemah -0,12 persen, lebih rendah daripada depresiasi yang terjadi pada mata uang negara-negara emerging market dan Asia lainnya. Seperti PHP -0,32 persen, India INR -0,56 persen, Thai THB -0,57 persen, MXN -0,89 persen, dan Afrika Selatan ZAR -1,06 persen.

"Gambaran serupa juga tampak dalam periode waktu yang lebih panjang. Dengan dukungan upaya stabilisasi oleh BI, sejak awal April (mtd), IDR melemah -0,91 persen, lebih kecil daripada pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lain," kata Agus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement