REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Foto Tim 11 Ulama Alumni 212 menjadi viral saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor pada Ahad (22/04) lalu. Ketua Tim 11 KH Misbahul Anam menjelaskan, pertemuan tersebut dalam rangka membicarakan isu tunggal yakni kriminalisasi ulama.
Menurut dia, sejak pertemuan terakhir presiden dengan GNPF MUI (sekarang GNPF Ulama) sembilan bulan lalu di Istana Negara, kasus kriminalisasi ulama yang dikeluhkan belum mendapat kejelasan penyelesaian yang baik. Menurut dia, pihaknya tetap dalam rangka memperjuangkan keadilan.
"Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyampaikan informasi akurat terkait dengan kasus-kasus para ulama dan aktivis 212," ujar Misbahul saat konferensi pers di Tebet, Jakarta, Rabu (25/04).
Misbahul mengatakan, dengan pertemuan tersebut, pihaknya berharap Jokowi mengambil kebijakan untuk menghentikan kriminalisasi ulama dan aktivis 212. Menurut dia, para ulama dan aktivis 212 yang bertemu Jokowi tetap istiqomah dalam perjuangan membela kebenaran dan keadilan, serta melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar.
"Dan kami tetap mendesak Presiden untuk segera menghentikan kebijakan kriminalisasi terhadap ulama dan aktivis 212," ucapnya.
Tim 11 Ulama Alumni 212 tersebut terdiri dari Ketua KH Misbahil Anam, Sekretaris Muhammad Al-Khathtath, Anggota KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii, KH Abah Roud Bahar, Slamet Maarif, Usamah Hisyam, KH Shobri Lubis, KH Muhammad Husni Thamrin, Nur Sukma, Yusuf M Martak, dan Aru Syeif Asyadullah.
Sementara, terkait beredarnya foto pertemuannya dengan Jokowi, Misbahul menyatakan keberatannya. Karena itu, tim 11 itu mendesak agar presiden mengusut tuntas bocornya foto dan berita pertemuan tersebut.
Menurut Misbahul, pihaknya keberatan karena pada saat itu pertemuan dilakukan tertutup dan tidak untuk dipublikasikan. Bahkan, menurut dia, awak media dilarang untuk melakukan peliputan. "Petemuan tersebut adalah pertemuan yang bersifat tertutup dan tidak dipublikasikan, dan tidak ada wartawan Istana yang menyaksikan," ucapnya.
Misbahul menyebut kebocoran tersebut sebagai kelalaian aparat istana yang tidak bisa menjaga rahasia negara. Dengan bocornya foto pertemuan itu, Misbahul menduga ada pihak ketiga yang sengaja ingin mengadu domba antara Presiden dan ulama serta umat Islam. "Meminta Istana mengusut tuntas bocornya foto dan berita tersebut sebagai kelalaian aparat Istana," katanya.