REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Salah satu sikap dalam beragama adalah ketundukan dan kepasrahan kepada Allah SWT. Hal ini diwujudkan dalam bentuk ibadah. Di dalam Islam ada ibadah shalat, puasa, zakat, dan lainnya, sebagaimana disebutkan dalam Rukun Islam.
Ibadah merupakan bentuk keyakinan atau keimanan kita kepada agungnya kuasa ilahi. Ramadhan merupakan waktu yang utama bagi Umat Islam memaksimalkan ibadah. Allah SWT menyiapkan bulan ini untuk seluruh makhluk. Kesiapan kita selaku ciptaan Allah dalam memaknai bulan suci menjadi kunci utama.
Bulan ini ibarat hidangan yang sengaja Allah SWT siapkan. Masing-masing kita disilakan untuk mengambil hidangan itu sesuai selera. Ada yang mengambil tadarus Alquran, ada yang memilih menggiatkan zikir, ada yang memaksimalkan iktikaf di masjid dekat rumah, dan banyak lagi. Semua 'hidangan' itu adalah wasilah untuk mendekatkan diri kita yang lemah ini kepada Sang Pencipta.
Semua yang 'dihidangkan' adalah kebaikan untuk kita semua. Yang tidak boleh ialah kalau ada orang diberikan hidangan oleh Allah SWT, tapi dia enggan menyentuhnya dan mengambilnya pada bulan Ramadhan. Hamba seperti itu menandakan tidak bersyukur sehingga tidak menikmati apa yang sudah diberikan Allah.
Ada beberapa ibadah yang dikhususkan dalam ramadhan. Salah satunya adalah qiyamul lail atau ibadah pada malam hari. Ada beberapa bentuk, salah satunya adalah shalat Tarawih. Akan lebih baik bagi kita melaksanakan shalat ini di masjid. Pahalanya lebih besar. Namun, jika tidak sempat shalat Tarawih di masjid, silakan dilaksanakan di rumah.
Dalam sebuah hadis dikatakan, barang siapa yang saat puasa Ramadhan melakukan qiyamul lail dengan penuh keyakinan, tidak mengharapkan balasan di dunia, tapi semata ingin menitipkan pahala kepada Allah SWT, pahalanya akan ditentukan Allah SWT, bukan dengan manusia, diampunilah dosa-dosanya.
Tarawih merupakan sesuatu yang mahal karena tidak didapatkan pada bulan-bulan lain di luar Ramadhan. Shalat Tarawih itu tidak ada gantinya di waktu-waktu lain, hanya ada dalam Ramadhan. Tarawih berasal dari kata tarwihah dan raahah. Artinya rileks, istirahat, dan hati yang nyaman. Makna kedua kata ini juga aplikatif dalam pengerjaan tarawih, tidak bercepat-cepat, sikap tidak boleh terburu-buru harus ada dalam shalat Tarawih. Rasulullah SAW melaksanakan shalat Tarawih yang panjang, tapi tidak isti'jal (terburu-buru). Kita perlu mencontoh Rasulullah.
Menghidupkan malam Ramadhan akan membuat kita mendapatkan pahala lebih banyak dibandingkan waktu yang lain. Di sepertiga malam, siapa pun yang mencari Allah SWT, akan bertemu. Ada ikhtiar dan takdir. Allah SWT melingkupi dunia ini dengan banyak kebaikan. Tapi, kaidahnya tetap sama, ikhtiar dan takdir. Allah SWT memberi sesuai kadar kesiapan kita yang menerimanya.
Maka, siapkan diri ini dengan baik. Insya Allah, keringat kita saat shalat tarawih, akan menjadi amal saleh dan dibalas Allah SWT dengan sebaik-baiknya.
Mari kita maksimalkan ibadah selama Ramadhan. Ketika ada waktu senggang, kita bisa berzikir, bershalawat, bertasbih, bertahmid, bertakbir, dan bertahlil. Bisa juga dimanfaatkan untuk melaksanakan shalat sunah yang mungkin jarang kita laksanakan selama ini, seperti Shalat Dhuha, Rawatib, Tahajud, dan Shalat Tasbih. Semua amalan itu akan semakin memotivasi jiwa sehingga kita semakin dekat dengan Sang Pencipta. Kedekatan dengan Allah akan menjauhkan diri ini dari dosa dan kemaksiatan.