Jumat 18 May 2018 21:21 WIB

Perempuan Lintas Iman Kumpul Bersama Bahas Terorisme

Saat ini perempuan dan anak menjadi tren baru dalam kasus radikalisme dan terorisme.

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Perempuan Lintas Iman menggelar acara doa dan refleksi di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (18/5).
Foto: Republika/Muhyiddin
Perempuan Lintas Iman menggelar acara doa dan refleksi di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan Lintas Iman menggelar acara buka bersama setelah berdiskusi tentang terorisme yang baru-baru ini melibatkan teroris perempuan. Dalam acara yang digelar Fatayat NU ini, perempuan dari masing-masing agama menyampaikan pernyataan sikapnya terhadap terorisme.

Acara doa dan refleksi ini dihadiri perwakilan dari Komnas Perempuan, KPAI, PP Nasyiatul Aisyiyah, Biro Perempuan dan Anak Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Perempuan Konghucu Indonesia (Perkhi), Wanita Budhis Indonesia. Hadir pula Sekretariat Gender dan Perempuan KWI, Perempuan PHDI, Perempuan Bahai, Perempuan Penghayat Indonesia, PP IPPNU dan PB KOPRI PMII.

Ketua Umum Fatayat NU, Anggia Ermarini mengatakan, kegiatan yang mengangkat tema 'Perempuan Agen Perdamaian, Perempuan Tolak Terorisme' ini diselenggarakan untuk menyikapi kasus terorisme di Surabaya yang pelakunya melibatkan perempuan. "Acara ini memang inisiasi teman-teman Fatayat NU untuk mengundang semua perempuan lintas agama, menyikapi dan merespons kasus terorisme yang beberapa hari ini mendera bangsa Indonesia," ujar Anggia di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (18/5).

Dia menuturkan, saat ini perempuan dan anak menjadi tren baru dalam kasus-kasus ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme di Indonesia. Karena itu, menurut dia, kondisi ini menjadi keprihatinan yang luar biasa bagi perempuan lintas iman

"Ini menjadi keprihatinan yang luar biasa bagi kita semua, tidak hanya Fatayat. Makanya kita bertemu," ucapnya.

Menurut dia, tokoh perempuan lintas agama tersebut mempunyai komunitas masing-masing. Sehingga ke depannya akan terus menyuarakan kepada masyarakat bahwa tidak ada satu agama pun yang mengajarkan kekerasan atau terorisme. Dia menambahkan, para teroris ini melakukan aksinya untuk menyebar ketakutan, sehingga masyarakat tidak bomeh takut dan percaya kepada negara untuk mengatasi maraknya terorisme ini.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement