REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia mewaspadai komoditas ayam dan telur selama bulan Ramadhan 2018 khususnya dari sisi fluktuasi harga dan ketersediaan barang.
"Kalau diwaspadai dalam konotasi negatif saya rasa tidak, pada dasarnya semua stabil. Hanya kendala yang perlu disinergikan lebih lanjut, seperti ayam dan telur," kata Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Peningkatan Sarana Perdagangan Kemendag RI Eva Yuliana di sela pembagian paket sembako di Pondok Pesantren Al Muayyad Windan, Sukoharjo, Jumat.
Ia mengatakan salah satu yang perlu diperhatikan adalah sinkronisasi produksi dua komoditas tersebut antardaerah. "Mana yang berlebih dan mana yang kurang agar bisa saling bersinergi antardaerah. Pada prinsipnya kalau memang ada masalah stok yang berkurang harus dicarikan solusinya, masalahnya apa," katanya.
Menurut dia, antara peternak dengan pedagang harus duduk bersama untuk mencari solusi. "Masalahnya di mana, apakah karena pakan atau karena penyakit. Tidak bisa dari satu kementerian tetapi harus ada keterlibatan lembaga terkait," katanya.
Sebelumnya, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) menyatakan produksi telur ayam mengalami penurunan akibat virus H9N2 yang menyerang ayam petelur. "Dari sekitar 5 juta ekor ayam petelur produktif di Soloraya saat ini, hanya 50 persen yang dapat menghasilkan telur," kata Sekretaris Pinsar Soloraya Heru Santoso.
Ia mengatakan penurunan produksi tersebut berdampak pada kenaikan harga telur ayam di pasaran. Apalagi pada saat bulan Ramadhan biasanya terjadi kenaikan permintaan di kalangan masyarakat.
Sementara itu, Penasehat Pinsar Robby Susanto berharap pemerintah segera mengeluarkan tindakan terkait dengan penurunan produktivitas telur ayam tersebut.
"Paling tidak pemerintah segera menangani virus yang menyerang ayam petelur ini karena kalau dibiarkan maka produksi akan terus mengalami penurunan," katanya
Baca juga, Harga Telur Capai Rekor Tertinggi Tahun Ini.
Ayam di Semarang
Di Semarang, harga daging ayam potong di sejumlah pasar tradisional, di Kota Semarang terus merangkak naik. Jika pekan sebelumnyamasih berkisar Rp 32 ribu per kilogram, hingga Jumat (25/5) ini harga dagingayam potong telah menjadi Rp 37 ribu per kilogram.
Sejumlah penjual daging ayam potong di pasarJati, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang menuturkan --selain mengalami kenaikanharga-- pasokan daging ayam potong ini juga tengah mengalami penurunan. Jika biasanyaberapa pun permintaan ada, sekarang pemasok tidak bisa memasok penuh.
Biasanya, ia mengambil setengah kwintal ada,saat ini maksimal hanya dipenuhi 45 kilogram. "Hari kemarin, Kamis saya Cuma kebagian 40 kilogram," ungkap Sumiyati (52), salah seorang penjual daging ayam potong dipasar Jati.
Kendati begitu, ia tidak tahu persis mengapa pasokan daging ayam potong ini berkurang. Karena pengepul yang memasok komoditasdaging ayam potong ini juga tidak menjelaskan alasannya.
Pedagang di pasar, tahunya hanya pasokannya berkurang dan harganya sudah mengalami kenaikan. Dari pemasok hargaayam potong sudah mencapai Rp 35 ribu per kilogram, jelasnya.
Salah seorang penjual daging ayam di pasar Bandarjo, Ninik Sugito (61) menuturkan, kenaikan harga komoditas daging ayam potong ini sudah berlangsung sejak empat hari terakhir.