REPUBLIKA.CO.ID, OSAKA -- Saat Ramadhan tiba setiap Muslim yang menjalankan ibadah puasa akan menanti suara kumandang azan magrib sebagai penanda waktunya buka puasa. Namun lain cerita saat menjalankan ibadah puasa di Kota Osaka, Jepang.
Di Kota Osaka suasana Ramadhan tidak begitu terasa karena tidak terdengar kumandang azan yang bersahut-sahutan dari masjid-masjid. Juga tidak terdengar suara orang yang membangunkan tidur di waktu sahur seperti di kampung halaman.
Pelajar Indonesia di Osaka Gaigo Gakuin, Nesya Dwita Octaviani mengungkapkan, tahun ini merupakan Ramadhan kedua melaksanakan ibadah puasa jauh dari keluarga. Hidup sebagai pelajar asing di negeri sakura (Jepang) tentu tidak mudah, apalagi di bulan Ramadhan. Bahkan waktu puasa di Jepang lebih lama dari waktu puasa di Indonesia.
"Saya rindu akan masakan rumah dan suasana tarawih berjamaah, juga merindukan suara azan yang bersahutan dari masjid-masjid," kata Nesya kepada Republika, Ahad (27/5).
Warga Muslim Indonesia di Osaka menikmari sajian opor ayam di KJRI Osaka
Ia menceritakan, pada hari kesembilan bulan Ramadhan, bersama teman-teman mencari suasana rumah dan kebersamaan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka. KJRI di Osaka menjadi tempat silahturrahmi dengan warga Negara Indonesia lainnya.
Mereka yang ikut silaturahim dan buka puasa bersama di KJRI Osaka sebagian besar para pelajar dan pekerja. Mungkin menu buka puasa bersama ini nampak biasa, tapi menurut Nesya bersama teman-temannya terasa sangat spesial. Sebab sulit menemukan kolak ubi dan pisang di Jepang, kecuali di KJRI saat momen tertentu.
"Jika di Indonesia setiap hari bisa menikmati kolak ubi dan pisang, kami menikmatinya hanya saat bulan Ramadhan, itu pun hanya sepekan sekali di hari Jumat, Jumat berkah kami menyebutnya," ujarnya.
Kawasan belanja Shinsaibashi di Osaka, Jepang.
Setelah berbuka puasa bersama, Nesya mengatakan, acara dilanjutkan sholat magrib berjamaah dan mendengar tausiyah sambil menunggu azan isya. Selanjutnya hal yang dinanti-nanti tiba, melaksanakan sholat tarawih berjamaah di KJRI Osaka.
Ia mengungkapkan, banyak yang tidak mampu menahan haru saat melaksanakan sholat tarawih berjamaah. Beberapa jamaah nampak basah pipinya oleh air mata. Mereka terkenang suasana rumah, orang tua, keluarga dan kampung halaman di Indonesia.
"Suasana khusyuk saat sholat membuat beberapa jamaah menangis, terkenang suasana rumah sekaligus rasa syukur kepada Allah karena diberikan kesempatan untuk melaksanakan ibadah puasa tahun ini," ungkap Nesya.