REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nasaruddin Umar meminta masyarakat atau pemerintah tidak memberi cap pada masjid yang diduga penceramahnya menyebarkan paham mendekati radikalisme. "Bahasanya, ada 40 khatib cenderung radikal, bukan pada masjidnya (yang radikal, Red). Karena masjid itu benda," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (7/6).
Sehingga, ia meminta tak ada penandaan pada masjid-masjid tertentu. Ia mengatakan, masjid adalah bangunan milik masyarakat yang dibangun bersama-sama. "Mungkin penceramahnya radikal, tapi pembangunan yang dilakukan masyarakatnya tidak radikal. Jangan persoalan khatib, membebani masjid," ujar Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Informasi tentang adanya masjid-masjid yang menjadi tempat penyebaran paham radikal datang dari cendekiawan Muslim Azyumardi Azra. Hal itu disampaikan dalam pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan para cendekiawan Muslim di Istana Negara, Senin (4/6). Ia mengatakan, terdapat sekitar 40 masjid di wilayah DKI yang memberikan ceramah mendekati radikalisme. Penceramah justru mengajarkan paham radikal dan intoleran.
Nasaruddin mengaku belum mengonfirmasi pernyataan tersebut pada Azyumardi Azra. Namun, ia beranggapan nama sebesar Azyumardi tidak mungkin menyebut sesuatu tanpa dasar dan fakta yang jelas. Sebab, kredibilitasnya sebagai seorang ilmuan dipertaruhkan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno juga membenarkan adanya masjid di DKI menyebarkan paham radikal. Sandi menyebut ada puluham masjid di Ibu Kota yang menjadi tempat penyebaran paham radikal. Sandi memerintahkan anak buahnya di lingkungan Pemprov DKI untuk melakukan pembinaan terhadap masjid-masjid tersebut.
Dia mengatakan akan memberikan pembinaan kepada pengurus masjid yang menjadi tempat penyebaran paham radikal. Sandi mengaku sudah mengetahui 40 masjid yang diduga terpapar radikalisme itu. "Ini data yang kami pegang tentunya kami akan pastikan bahwa ada pembinaan. Sudah terpantau dan kami akan berikan pembinaan," kata dia.
Namun, Sandiaga mengaku tak bisa membeberkan nama-nama masjid yang disebutnya menjadi tempat penyebaran radikalisme tersebut. Dia mengatakan akan melakukan pendekatan khusus agar di Ibu Kota tak ada radikalisasi. Sandi menyebut, salah satu indikasi adanya radikalisme adalah di tempat tersebut selalu disampaikan ujaran kebencian yang memecah belah persatuan.