REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (5/7) pagi bergerak melemah 17 poin menjadi Rp 14.380 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.363 per dolar AS. Laju rupiah kembali mengalami depresiasi seiring dengan melemahnya euro terhadap dolar AS.
"Pergerakan rupiah yang mampu memanfaatkan penguatan sejumlah mata uang hard currency lainnya selain dolar diharapkan dapat kembali terjadi seiring masih rendahnya nilai tukar rupiah dibandingkan dolar," kata analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (5/7).
Laju rupiah sebelumnya mampu bergerak positif dengan memanfaatkan penguatan euro terhadap dolar AS. Pelaku pasar terlihat melepas dolar jelang pengenaan tarif terhadap sejumlah barang-barang impor Cina.
Di sisi lain, penguatan rupiah turut terimbas kenaikan mata uang yuan setelah bank sentral Cina, People's Bank of China, melakukan upaya untuk menahan pelemahan mata uang tersebut. Gubernur Yi mengatakan bahwa bank sentral mengamati dengan seksama fluktuasi nilai tukar mata uang asing dan akan berusaha mempertahankan Yuan pada tingkat yang stabil dan masuk akal serta arus modal yang masih terkendali.
Dari dalam negeri, adanya komentar dari Menko Perekonomian, Darmin Nasution, yang menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2018 berkisar 5,2 persen hingga 5,3 persen cukup direspon positif. "Diperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.350-Rp 14.339," ujar Reza.
Senada dengan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu dibuka melemah sebesar 5,73 poin atau 0,1 persen ke posisi 5.727,91.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 1,45 poin (0,16 persen) menjadi 906,35.