Selasa 17 Jul 2018 23:56 WIB

In Picture: Sirkus Lumba-lumba, Edukasi atau Eksploitasi?

Atraksi sirkus ini diklaim sebagai sarana edukasi bagi masyarakat..

Rep: Putra M Akbar/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Atraksi sirkus lumba-lumba di Jakarta. (FOTO : Putra M Akbar)

Atraksi sirkus lumba-lumba di Jakarta. (FOTO : Putra M Akbar)

Penonton berfoto dengan lumba-lumba usai atraksi sirkus lumba-lumba di Jakarta. (FOTO : Putra M Akbar)

Penonton berinteraksi dengan memberi makan lumba-lumba (FOTO : Putra M Akbar)

Aksi lumba-lumba kerapkali menyimpang dari kebiasaan sehari-hari di habitat alaminya. (FOTO : Putra M Akbar)

Kualitas 'air laut' yang digunakan untuk menampung lumba-lumba memiliki komposisi yang sangat berbeda dengan air laut alami. (FOTO : Putra M Akbar)

Pembawa acara sekaligus teknisi sound system memeriahkan atraksi sirkus lumba-lumba di Jakarta. (FOTO : Putra M Akbar)

Pintu masuk menuju arena sirkus lumba-lumba. (FOTO : Putra M Akbar)

Loket penjualan tiket atraksi sirkus lumba-lumba di Jakarta. (FOTO : Putra M Akbar)

Pakan untuk lumba-lumba berupa potongan ikan kembung. (FOTO : Putra M Akbar)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Mah, itu ikan apa kok bisa loncat sampai ke darat?” tanya seorang anak. “Itu namanya ikan lumba-lumba, nak,” jawab sang ibu. Sepenggal percakapan antara orang tua dan anak tersebut terlontar saat sebuah pentas sirkus lumba-lumba akan dimulai.

Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa lumba-lumba merupakan jenis hewan mamalia dan bukan termasuk kategori ikan. Hal tersebut ditegaskan kembali saat berlangsungnya pentas sirkus tersebut oleh sang pawang, Haryadi (28). “Lumba-lumba bukanlah ikan, ia merupakan hewan jenis mamalia yang bernafas menggunakan paru-paru melalui lubang  yang terdapat diatas kepalanya,” ujar Hariyadi.

Pentas sirkus lumba-lumba yang berlangsung selama setengah jam tersebut menampilkan aksi dua ekor lumba-lumba bernama Brahma dan Kumbara. Pentas ini penuh aksi yang menghibur penonton. Atraksi sirkus ini diklaim sebagai sarana edukasi bagi masyarakat, terutama anak-anak dengan melakukan interaksi secara langsung.

Tapi bagi sebagian pihak aksi binatang yang dilindungi ini banyak menuai kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya adalah isu eksploitasi yang menganggap sirkus ini menyebabkan kehilangan naluri hidup alaminya. Belum lagi klorin dan garam yang digunakan sebagai larutan untuk air yang digunakan pada kolam lumba-lumba

Di sisi lain, PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI) selaku penyelenggara pentas sirkus lumba-lumba tersebut mengaku sudah memiliki izin legal untuk mengadakan pertunjukan yang sudah berkeliling dari kota ke kota.

“Pentas ini sudah mendapat izin dan kelengkapan dokumen dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” ujar salah satu petugas yang tidak ingin disebutkan namanya.

Pro dan kontra pentas sirkus lumba-lumba masih terus bergulir hingga sampai saat ini tanpa ada regulasi yang jelas. Manusia terus saling memperdebatkan permasalahan antara eksploitasi atau edukasi dibalik pentas sirkus lumba-lumba.

Tanpa ada yang mengetahui  apa yang dirasakan sebenarnya oleh para lumba-lumba. Apakah merindukan kehidupan di alam bebas atau bahagia menghibur masyarakat dengan kelihaian aksi pentasnya.

 

sumber : Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement