Rabu 18 Jul 2018 15:49 WIB

Mendag Jadi Lobi AS Pekan Depan

Pemerintah berharap Indonesia tetap mendapat fasilitas keringangan bea masuk.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) segera melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang berencana mencabut fasilitas generalized system of preference (GSP) terhadap Indonesia.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Arlinda, mengatakan, pemerintah akan segera melakukan kunjungan kerja ke Negeri Paman Sam pada 21-28 Juli 2018, dan dipimpin langsung oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. "Kami akan ke Amerika bersama Mendag. Tentunya, dengan negosiasi yang menyatakan bahwa kita masih membutuhkan (GSP), mudah-mudahan, itu tidak dicabut," kata Arlinda, di Jakarta, Rabu (18/7).

Saat ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah mengkaji kebijakan GSP, karena dinilai menyebabkan neraca perdagangan Negeri Paman Sam tersebut defisit dengan mitra dagangnya. Program tersebut berlangsung sejak 1976, dan sempat terhenti pada 2013, namun diberlakukan lagi pada Juni 2015.

Baca juga, Indoneia Lobi AS Agar Tetap Dapat Keringanan Bea Masuk.

Pada 2011, Indonesia merupakan satu dari lima negara yang menikmati manfaat GSP dari Amerika Serikat, selain juga India, Thailand, Brasil, dan Afrika Selatan. Dengan GSP itu, barang-barang yang masuk dari Indonesia ke AS akan mendapat keringanan. Namun, sejak April 2018, pemerintah AS mempertimbangkan ulang pemberian fasilitas tersebut untuk Indonesia dan India.

Khusus untuk Indonesia, Trump akan mengevaluasi sebanyak 124 produk asal dalam negeri, termasuk tekstil, plywood, kapas, serta beberapa hasil perikanan seperti udang dan kepiting. "Mereka memiliki batasan nilai ekspor, jika melebihi nilai yang sudah ditentukan maka Amerika menganggap produk tersebut sudah kompetitif dan tidak perlu diberikan fasilitas lagi. Kita harus tetap merawat pasar ekspor utama, tapi juga mencari pasar lain," kata Arlinda.

Kunjungan delegasi Indonesia ke Amerika Serikat tersebut merupakan langkah antisipatif atas dinamika perdagangan internasional. Saat ini, banyak kebijakan proteksionisme hingga kenaikan tarif bea masuk. Selain itu juga untuk memperkuat kemitraan bilateral kedua negara.

Indonesia diagendakan memenuhi undangan Duta Besar United States Trade Representatives (USTR) untuk membahas review negara tersebut terhadap negara-negara penerima Generalized System Preferences (GSP). Perwakilan RI juga akan bertemu dengan Menteri Perdagangan Amerika Serikat.

Berdasar catatan Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia dan AS pada 2017 tercatat sebesar 25,91 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia mencapai 17,79 miliar dolar AS dan impor sebesar 8,12 miliar dolar AS. Sehingga, neraca perdagangan Indonesia terhadap AS surplus 9,67 miliar dolar AS.

Sedangkan, pada 2018 untuk periode Januari-April, tercatat total perdagangan kedua negara sebesar 9,36 miliar dolar AS dengan neraca perdagangan surplus bagi Indonesia sebesar 2,84 miliar dolar AS. Ekspor Indonesia pada periode tersebut tercatat sebesar 6,10 miliar dolar AS dengan impor sebesar 3,26 miliar dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement