Selasa 24 Jul 2018 01:00 WIB

Inalum: Divestasi Freeport Seluruhnya Dibiayai Utang Asing

Dana untuk divestasi Freeport disyaratkan menggunakan dolar AS.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin (kedua kanan) bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson (kedua kiri) menandatangni perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Srri Mulyani (kiri) serta Menteri BUMN Rini Soemarno di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin (kedua kanan) bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson (kedua kiri) menandatangni perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Srri Mulyani (kiri) serta Menteri BUMN Rini Soemarno di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Keuangan PT Inalum, Orias Petrus Moerdak menjelaskan untuk menyelesaikan transaksi divestasi Freeport akan seluruhnya memakai pinjaman. Dana untuk divestasi yang akan dipakai sepenuhnya berasal dari luar negeri.

Orias menjelaskan, aliran dana dari luar negeri ini dipilih karena mempertimbangkan kurs dolar AS. Sebab, kata Orias, transaksi divestasi yang menggunakan dolar AS akan lebih murah dan efisien jika asal dana pinjaman juga memakai dolar AS.

"Dananya pokoknya dari luar. Transaksi dolar," ujar Orias di Komplek DPR RI, Senin (23/7).

Orias menjelaskan maksud dana dari luar atau yang ia sebut istilahnya offshore bukan merujuk pada sumber dana dari bank asing. Ia menjelaskan bank mana saja, baik BUMN, swasta, ataupun asing sekalipun dana yang dikeluarkan harus dari aliran dana asing.

"Bank luar negeri kan juga punya dana di dalam negeri. Ini yang kita nggak mau. Siapapun bank-nya, aliran dananya harus dari luar. Bank BUMN kan juga kalau dia dapat aliran dana dari asing, bisa juga," ujar Orias.

Orias menjelaskan, keputusan perusahaan untuk sepenuhnya mendanai divestasi tersebut dengan pinjaman karena akan ada banyak investasi yang harus dikebut oleh Inalum. "Kalau nggak perlu pakai dana sendiri, ya nggak usah pakai. Diusahakan nggak pakai uang sendiri. Kalau punya uang, mending pakai uang sendiri apa pinjem? Ya lebih baik pinjem," ujar Orias.

Orias juga optimis bahwa Inalum akan mudah mengakses pinjaman tersebut. Ia menjelaskan dengan EBITDA Freeport Indonesia yang bisa mencapai 4 miliar dolar AS maka banyak pihak yang tertarik. "Dengan nilai segitu, banyak yang tertarik," ujar Orias.

Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin juga menjelaskan tidak terlibatnya aliran dana dari dalam negeri salah satunya merupakan imbauan dari pemerintah. Budi menjelaskan hal itu dilakukan juga untuk menjaga neraca pembayaran.

"BUMN diminta untuk jangan dulu ikut supaya nggak menekan neraca pembayaran. kalau dari dalam negeri pakai nekan neraca pembayaran. Kalau dari luar kan kurs terjaga," ujar Budi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement