Kamis 09 Aug 2018 15:50 WIB

Iran Sudah tak Lagi Percaya Negosiasi dengan AS

Iran mengaku mendapat banyak dukungan dari negara-negara di dunia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengaku sulit membayangkan menjalin negosiasi baru dengan Amerika Serikat (AS). Dengan keputusan sepihak yang selalu diambil AS, Iran telah kehilangan kepercayaan terhadap Paman Sam.

"Membayangkan negosiasi sekarang, bagaimana kita bisa mempercayai mereka (AS)?," kata Zarif pada Rabu (8/8) seperti dikutip laman Al Araby.

Ia mengungkapkan, situasi saat ini berbeda dengan sebelumnya. Ketika AS memutuskan hengkang dari kesepakatan nuklir dan kembali menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Iran, dunia memberi dukungan kepada Teheran. 

"Ada perbedaan besar kali ini. Sebelumnya tidak ada yang mendukung Iran, tapi sekarang semua negara di dunia mendukung Iran," ujar Zarif.

AS telah menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Iran pada Senin (6/8). Sanksi itu menargetkan perdagangan logam mulia, batu bara, serta industri otomotif Iran. Sanksi diterapkan setelah Iran menolak keinginan AS untuk merevisi kesepakatan nuklir yang tercapai pada Oktober 2015 yang dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Baca juga, Trump: Jika Terus Mengancam, Iran akan Menderita.

Kendati demikian, Trump mengatakan masih membuka diri bila Iran hendak bernegosiasi. Namun Presiden Iran Hassan Rouhani menilai tawaran perundingan itu tak adil dan tak masuk akal.

"Negosiasi dengan sanksi tidak masuk akal. Kami selalu mendukung diplomasi dan pembicaraan, tapi pembicaraan membutuhkan kejujuran," ujarnya.

Rouhani mengatakan, Iran dapat melakukan pembicaraan hanya jika AS membuktikan bahwa mereka dapat dipercaya. "Jika Anda menikam seseorang dengan pisau dan kemudian mengatakan Anda ingin berbicara, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mencabut pisau itu," katanya.

photo
Trump Vs Rouhani

Rouhani menyerukan masyarakat Iran untuk bersatu dalam menghadapi sanksi AS. "Akan ada tekanan karena sanksi, tapi kami akan mengatasi ini dengan persatuan," ujar Rouhani menambahkan.

Trump berulang kali menyatakan ketidakpuasannya terhadap JCPOA. Ia menilai JCPOA adalah kesepakatan yang cacat. Sebab dalam JCPOA tak diatur tentang program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya selepas 2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah. Akhirnya pada Mei lalu, Trump menarik AS dari kesepakatan tersebut.

Keputusan tersebut dikritik dan diprotes oleh Iran. Teheran berpendapat AS telah melanggar janjinya dengan hengkang dari JCPOA. Jerman, Prancis, Cina, dan Uni Eropa pun mengambil sikap berlawanan dengan AS.

Mereka berkomitmen mempertahankan JCPOA. Menurut mereka, kesepakatan tersebut masih relevan dan berfungsi untuk menjaga stabilitas di kawasan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement