REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Djoko Siswanto memberikan waktu kepada Chevron untuk mengevaluasi proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Evaluasi ini diperlukan bagi Chevron pascakeputusan pemerintah mengeluarkan Blok Makassar Strait dari proyek IDD.
Djoko mengatakan, pemerintah memberikan waktu paling tidak tiga bulan dari Agustus ini untuk Chevron memutuskan apakah akan melanjutkan proyek IDD atau tidak. "Dia belum ngomong detailnya sih, tapi dia bilang mau evaluasi ulang karena Makassar Strait di take out," ujar Djoko di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (14/8).
Djoko menjelaskan dengan keluarnya Blok Makassar Strait dari proyek IDD maka juga akan mempengaruhi target produksi dan jumlah produksi ke depan. Proyek yang semula di targetkan akan berproduksi pada 2021 mendatang ini berpotensi tidak akan on schedule karena pertimbangan ini.
"Proyeksi investasinya kan jadi turun karena Makassar Strait di take out. Produksinya juga nanti jadwalnya mundur. Ya tidak sampai setahun sih, paling mundur bulannya saja," kata Djoko.
Meski begitu, Djoko belum bisa menjelaskan secara rinci berapa penurunan investasi dan kapan proyek IDD akan berproduksi sebelum Chevron menyelesaikan evaluasinya. Ia hanya mengatakan, pemerintah memberikan waktu hingga Oktober mendatang untuk Chevron.
"Ya, kita kasih waktu tiga bulan dari sekarang. Oktober harus clear," ujar Djoko.
Awalnya, Proyek IDD terdiri dari tiga blok yakni Makassar Strait, Rapak dan Ganal. Tiga blok ini memiliki masa kontrak yang berbeda.
Kontrak Blok Makassar Strait akan berakhir 2020. Sementara itu, Blok Rapak kontraknya berakhir 2027 dan Blok Ganal habis di tahun 2028.
Namun pemerintah memutuskan untuk memisahkan Blok Makasar Strait dari Proyek IDD ini karena ongkos investasi yang cukup tinggi ketika ketiga blok tersebut disatukan. Terlebih lagi, Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menilai, ketiga blok yang tersebut memiliki masa waktu habis kontrak yang berbeda beda.
Makasar Strait lebih dulu habis masa kontrak, dan pemerintah berniat untuk menyegerakan lelang untuk bisa menjaga produksi dalam negeri.
Tahap Front End Engineering Design (FEED) tahun 2013 yang diajukan Chevron menunjukan biaya yang dibutuhkan proyek ini meningkat hampir dua kali lipat, dari sekitar 6,9 miliar dolar menjadi 12 miliar dolar. Penyebabnya adalah kenaikan harga minyak.
Proyek IDD tahap kedua ini diperkirakan memiliki potensi total produksi gas alam sekitar 3 triliun kaki kubik.