Petugas berusaha menghalau sejumlah pengunjuk rasa pada simulasi pengamanan Pemilu 2014 di Polres Jakarta Selatan, Kamis (20/2).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat intelijen Wawan H Purwanto mengharapkan posisi wakapolri akan diisi tokoh yang integritas dan netralitasnya tidak diragukan. Serta jauh dari kepentingan partai politik menjelang pemilu 2014.
"Memilih seorang calon Wakapolri tentu saja bukan seperti dagang sapi. Menawarkan bahwa calonnya yang terbaik. Jika ini terjadi maka bakal menjebak dan berbahaya. Apalagi jika itu terkait dengan kepentingan politik menjelang pemilu 2014, berbahaya jika wakapolri tidak netral," katanya di Jakarta, Ahad (23/2).
Ia mengatakan, calon wakapolri harus berdiri di semua pihak. Namun yang terpenting menjauhkan posisi wakapolri dari kepentingan partai.
"Sekali seorang wakapolri condong ke partai, akan mengarahkan pada pengamanan partai tersebut. Ini menyalahi posisi aparat keamanan yang harus netral. Keberpihakan Polri adalah kepada negara, loyalitas juga kepada negara," jelasnya.
Menurut dia, jabatan wakapolri menjadi strategis untuk ikut menentukan sistem keamanan dalam negeri menyongsong tahun politik. Sosok bintang tiga menjadi prioritas agar pemilihannya tak menghilangkan soal senioritas dan profesionalisme. Serta tour of duty dan tour of area yang memadai.
Ada sejumlah nama bintang tiga Polri yang saat ini menjabat. Antara lain Komjen Pol Badrodin Haiti, Komjen Pol Anton Badrul Alam, Komjen Pol Anang Iskandar, Komjen Pol Budi Gunawan, Komjen Pol Suparni Parto, dan Komjen Pol Suhardi Aliyus.
Menurut dia, penggodogan calon sudah harus memperhatikan pula suara masyarakat. "Integritas dan netralitas perlu digarisbawahi jika ingin menjadikan negeri ini sebuah negeri yang bermartabat. Kepentingan politik yang terlalu menonjol justru bisa merusak tatanan ideal yang kita cita-citakan selama ini," tuturnya.