REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) pada 9 April 2014, tingkat elektabilitas (keterpilihan) partai politik (parpol) peserta Pemilu semakin terfragmentasi. Tidak ada partai yang tampil dominan. Persaingan antarpartai pun semakin ketat. Demikian hasil survei terkini yang dirilis
“Ketika survei ini dilakukan, ditemukan kecenderungan tidak ada partai yang sangat dominan terhadap partai-partai lainnya,” kata Direktur Research Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan saat mempublikasikan hasil survei lembaganya di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Ahad (9/3).
Survei tersebut dilakukan pada 10-20 Februari 2014 dengan mengambil sampel di 66 daerah pemilihan (dapil) DPR di Pemilu mendatang yang tersebar di seluruh wilayah di Tanah Air. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap 1.520 responden dengan margin of error plus minus 2,6 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Selain memberikan pertanyaan terbuka kepada setiap responden, surveyor SMRC juga menyertakan kartu bantu berupa daftar nama 12 partai peserta Pemilu serta melakukan simulasi pencoblosan surat suara seperti yang akan digunakan dalam pemungutan suara Pileg mendatang.
Djayadi Hanan mengatakan, terfragmentasinya dukungan terhadap peserta Pemilu nanti juga ditunjukkan dengan tidak adanya partai yang memperoleh dukungan suara hingga 25 persen. Dampaknya, tidak ada parpol yang bisa mengusung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres)-nya sendiri.
Hasil survei juga menunjukkan terbukanya peluang bagi 10 partai yang dapat mengirimkan wakil-wakilnya ke Senayan bila mengabaikan margin of error. “Jangan lupa, masih ada sekitar 17 persen yang memilih, dan bisa saja distribusi suaranya nanti tidak proporsional, misalnya lebih berat ke partai lapisan bawah sehingga akhirnya semua partai lolos ke Senayan,” kata Djayadi.