REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie mengatakan, black campaign (kampanye hitam) bukan dilakukan peserta pemilu. Tetapi sering dilakukan pendukung untuk membuat pemilu kacau.
Meski bukan dilakukan calon dan partai politik, dia menjelaskan, mereka harus memberikan imbauan dan kontrol terhadap pendukung untuk tidak melakukan perbuatan yang bisa merusak proses demokrasi.
"Saya berharap ada rasa tanggung jawab dari pimpinan partai untuk menggunting pendukungnya supaya tidak meneruskan," kata Jimly setelah menjadi pembicara di rumah kebangsaan Jl Patimura, Rabu (27/3).
Jimly mengungkapkan, selain kampanye hitam, ada juga kampanye negatif. Mantan Ketua MK itu menjelaskan, kampanye jenis ini itu tidak ada masalah sepanjang objektif dan terukur. Dia pun mencontohkan, tindakan Prabowo menyampaikan isitilah boneka politik saat berkampanye itu tidak masalah.
"Itu kan tidak mengarah ke siapa-siapa, tidak masalah, itu namanya negative campaign," ujarnya. Kata Jimly, hal terpenting yang harus dicegah adalah black campaign bukan negative campaign. Jadi masing-masing calon dan partai harus mencegah black campaign.
Begitu juga masalah foto. Dia menjelaskan, hal itu juga pernah terjadi di negara Amerika terhadap peserta pemilu yang saat ini menjadi presiden (Obama). Jimly mencontohkan ketika Obama menjadi capres di periode pertama, ada yang menyebar foto Obama menggunakan pakai sorban seperti Yasser Arafat.
"Itu mau beri image kalau dia itu orang islam. Dekat dengan teroris. Artinya di Amerika ada,"katanya.Tetapi kata Jimly meski di Amrika ada, jangan ditirukan di Indonesia. Justru harus ditiadakan, karena tidak sesui dengan negara demokrasi.
"Tahapan demokrasi di abad 21 tidak membolehkan itu. Malu-maluin," kata Jimly.